Baghdad (ANTARA News) - Ulama radikal Syiah Moqtada al-Sadr telah memerintahkan para pimpinan milisi Tentara Mehdi meninggalkan Irak dan minta agar pemerintah, didukung Amerika Serikat (AS), menangkap para "pembangkang hukum", kata presiden Irak, Kamis. Presiden Jalal Talabani mengemukakan hal tersebut setelah Irak menutup perbatasannya dengan Iran dan Suriah dan seiring makin ketatnya pengendalian kekuasaan oleh pasukan AS dan Irak atas Baghdad, dengan melakukan patroli di lingkungan penduduk dan mendirikan pos-pos pemeriksaan yang bahkan memeriksa konvoi resmi. Stasiun-stasiun televisi Arab pada Jumat pagi mengutip sumber di kementerian dalam negeri yang menyebut pemimpin al Qaeda di Irak, Abu Ayyub al-Masri, terluka dalam bentrokan di utara Baghdad. Belum ada keterangan resmi dari kementerian tersebut, begitu pula dari jurubicara pasukan AS. Masri, yang berkewarganegaraan Mesir, diduga memegang kepemimpinan al Qaeda di Irak setelah pemimpin sebelumnya, Abu Musab al-Zarqawi, seorang warga Yordania, tewas oleh serangan udara AS pada Juni tahun lalu. Pihak AS telah menawarkan uang 5 juta dolar untuk pemburuan Masri. Talabani tidak mengetahui di mana Sadr berada sedangkan militer AS menyebut ulama anti-AS itu ada di Iran, meski begitu, para pembantu Sadr menyebut dia berada di Najaf, kota suci kaum Syiah. Washington menyebut milisi Mehdi merupakan ancaman terbesar bagi keamanan Irak. Pasukan AS dan Irak dalam beberapa bulan terakhir telah menangkap ratusan anggota Tentara Mehdi. Pernyataan dari kantor kepresidenan itu juga menyebut bahwa Sadr mendukung penggerebekan dan mengizinkan pemerintah menangkapi para "pembangkang hukum". Beberapa pejabat Syiah yang tidak termasuk gerakan Sadr, mengemukakan milisi Mehdi menghindari pertempuran demi menjaga dukungan politik untuk Sadr yang ulama muda. Gerakan Sadr menguasi seperempat kursi di parlemen, demikian Reuters.

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007