Yogyakarta (ANTARA News) - Bupati Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Idham Samawi, menolak rencana pembangunan mal di Bantul karena tidak sesuai budaya dan akan mematikan usaha kecil. "Sebenarnya sudah ada sembilan tawaran untuk mendirikan mal di Bantul, tetapi saya tolak," kata Idham Samawi usai meresmikan Pasar Kembangsari di Desa Sri Martani, Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul, Senin. Bupati mendukung pihak-pihak yang membantu pemerintah daerah membangun kembali pasar-pasar di Bantul. Tetapi jika ada usaha untuk meningkatkan ke pasar modern, tidak akan diizinkan. Sementara untuk pembangunan `retail` dengan konsep modern seperti swalayan akan dibatasi di daerah yang jauh dari pasar tradisional agar tidak mematikan potensi ekonomi yang ada. "Kehidupan pasar itu menyangkut hajat hidup orang banyak, satu pasar tradisional bisa menjadi sandaran hidup 900 orang," kata dia. Pasar Kembangsari Bantul memiliki 163 los berukuran 23 x 1,5 meter dan 23 kios ukuran 3 x 2,5 meter. Berbeda dengan bangunan pasar umumnya yang biasa menempatkan los-los (lapak) di bagian dalam, letak los di pasar ini mengelilingi kios yang didesain menyerupai payung dengan struktur bangunan kuat. Menurut Direktur Program Baznas Dompet Dhuafa, Kusnandar, pasar tersebut dinamai pasar komunitas di mana terdapat pemerataan perputaran ekonomi dengan menempatkan pedagang kecil di bagian depan sehingga mudah diakses pembeli. Sedangkan untuk para pedagang di kios-kios dalam yang memiliki dagangan lebih lengkap, tetap akan dicari konsumen. Pembangunan pasar ini menghabiskan dana hingga Rp847,10 juta yang dikerjakan selama 110 hari. "Hingga saat ini di Bantul masih ada tiga dari 33 pasar kabupaten yang belum terbangun pascagempa 27 Mei 2006, yakni Pasar Piyungan, Pasar Niten dan Pasar Imogiri," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007