Jakarta (ANTARA News) - Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat optimistis kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) pada 2016 mendatang akan lebih baik dibandingkan tahun ini.

Dalam data BEI tercatat, per 23 Desember 2015 IHSG tergerus sebesar 13,47 persen menjadi 4.522,65 poin (year to date).

"Indikator-indikator makroekonomi pada 2016 cukup positif, itu memberikan harapan bagi investor saham baik lokal maupun asing sehingga akan mendukung kinerja pasar modal untuk mencatatkan kinerja positif," ujar Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 tercatat belanja negara pemerintah pusat serta daerah yang mencapai RP2.095,7 triliun diharapkan dapat dimaksimalkan penggunaannya sehingga menopang perekonomian domestik.

"Salah satu hal yang menjadi perhatian utama investor adalah belanja pemerintah melalui APBN," katanya.

Bergeraknya perekonomian domestik, lanjut dia, akan mendorong perusahaan melakukan ekspansi untuk mengembangkan usahanya, dengan demikian dibutuhkan modal pendukung. Dalam hal ini, perusahaan dapat memanfaatkan pasar modal untuk meraih dana ekspansi mengingat mulai terbatasnya pendanaan melalui perbankan.

"Perusahaan membutuhkan dana ekspansi. Pasar modal dapat menyediakan pendanaan secara jangka panjang, mudah-mudahan mereka memanfaatkan pasar modal," ucapnya.

Samsul Hidayat mengemukakan bahwa BEI menargetkan jumlah perusahaan yang akan melaksanakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebanyak 35 emiten pada 2016. Target itu lebih tinggi dibandingkan tahun ini yang sebanyak 22 perusahaan.

"Target IPO 2016 itu berdasarkan pertimbangan bahwa ekonomi Indonesia sudah pulih dari perlambatan tahun ini," katanya.

Sementara itu, Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo mengatakan bahwa sentimen yang akan menjadi perhatian pasar baik dari dalam negeri yakni realisasi dari paket kebijakan ekonomi pemerintah.

"Sebanyak delapan paket kebijakan ekonomi telah disampaikan oleh pemerintah hingga jelang akhir tahun 2015, pasar menaruh harapan terhadap realisasi dari pada paket kebijakan ekonomi itu," katanya.

Menurut dia, aspek dari paket stimulus ekonomi mengenai pemangkasan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi diharapkan mendorong daya beli masyarakat, yang akhirnya mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

Terhitung mulai 5 Januari 2016, harga premium diturunkan dari Rp7.300 menjadi Rp7.150 dan harga solar turun dari Rp6.700 menjadi Rp5.650.

Sementara dari eksternal, lanjut dia, pelaku pasar saham akan mencermati kelanjutan rencana bank sentral AS (The Fed) untuk menaikan kembali suku bunga acuan (Fed fund rate). The Fed telah menaikan suku bunga acuannya pada bulan Desember 2015 ini menjadi 0,50 persen dari sebelumnya 0,25 persen.

"Itu akan menjadi isu strategis untuk memperoleh sinyal dinamika perekonomian global ke depannya," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015