Chichago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange kembali berakhir turun pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena dolar AS menunjukkan penguatan.

Xinhua melaporkan kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun 8,2 dolar AS, atau 0,77 persen, menjadi menetap di 1.059,80 dolar AS per ounce.

Indeks dolar AS naik pada Rabu, menambah tekanan terhadap emas, kata para analis. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Minyak juga turun karena indeks minyak mentah WTI berkurang 1,16, atau 3,06 persen, menjadi 36,72 pada pukul 19.30 GMT. Analis mengatakan bahwa harga emas sering mengikuti minyak karena investor melihatnya sebagai lindung nilai taruhan mereka terhadap inflasi yang akibatkan minyak.

Tentang data ekonomi pada Rabu, indeks penjualan "pending home" (rumah yang pengurusannya belum selesai) di AS menurun 0,9 persen menjadi 106,9 pada November dari angka direvisi Oktober, menurut National Association of Realtors.

Tren jangka panjang untuk emas tetap sangat "bearish" menurut para analis karena The Fed menaikkan suku bunganya pada Desember, yang terjadi meski semula diharapkan untuk penundaan kenaikan suku bunga sampai 2016.

Kenaikan suku bunga The Fed mendorong para investor menjauh dari emas dan beralih ke aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga.

Sampai pertemuan FOMC Desember belum ada peningkatan suku bunga The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika.

Sementara, perak untuk pengiriman Maret turun 8,6 sen, atau 0,62 persen, menjadi ditutup pada 13,842 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 19,6 dolar AS atau 2,20 persen, menjadi ditutup pada 872,60 dolar AS per ounce.
(UU.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015