Jakarta (ANTARA News) - Ketua Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) Tirta Mursitama mengatakan masyarakat ASEAN, termasuk Indonesia, belum kunjung berbaur satu sama lain atau masih terjebak pada organisasi regional yang elitis jelang penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada awal 2016.

"Belum sepenuhnya berbaur, bahkan lebih dikenal sebagai organisasi regional yang elitis," kata Tirta lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan, untuk berhasilnya integrasi regional, perlu dikedepankan unsur-unsur nonmaterial, tidak sekedar persoalan material yang lebih mementingkan keuntungan ekonomi.

Maka dari itu, salah satu langkah yang bisa diambil adalah menguatkan peran Indonesia di kawasan ASEAN. Terlebih Indonesia dapat disebut memiliki berbagai unsur kepemimpinan di ASEAN.

Indonesia, lanjut dia, juga perlu lebih asertif mendorong ASEAN menemukan identitas ASEAN baru dengan meninggalkan identitas lama, yaitu dengan mewujudkan identitas bersama ASEAN sebagai identitas regional yang harus dibangun di atas nilai-nilai universal.

Di antarannya dengan mendorong nilai-nilai hak asasi manusia, kemakmuran bersama dan kebebasan dari penindasan.

Menurut dia, komunitas ASEAN merupakan "superorganisme dengan kesadaran kolektif" yang harus tertanam, tidak saja di setiap negara anggotanya. Salah satunya dengan upaya menyusun dan mewujudkan cetak biru yang jelas menuju Masyarakat ASEAN 2025.

Sementara itu, dia juga berharap Indonesia terus memainkan politik luar negeri bebas aktif.

Secara khusus, masih kata dia, Indonesia perlu secara aktif menjaga suasana damai dan stabil di kawasan Laut Tiongkok Selatan, mempertahankan sikap tegas dalam peran mediasinya dalam persoalan Palestina serta Timur Tengah dan merespon perkembangan terkini di berbagai kawasan dunia.

Indonesia, kata dia, juga perlu lebih asertif dalam mengedepankan diri dalam pergaulan internasional dalam diplomasi ekonomi, sosial budaya, lingkungan untuk mencapai target-target pembangunan global selanjutnya seperti tercantum dalam "Sustainable Development Goals" (SDGs).

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015