Jakarta (ANTARA News) - Presiden Palestina mengakui bahwa pertemuan tiga serangkai dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleezza Rice di Yerusalem awal pekan ini menemui kesulitan mencapai kesepakatan. "Pertemuan itu sulit mencapai kata sepakat, namun tidak gagal," kata Presiden Abbas seperti dikutip suratkabar "Al-Hayat" hari Rabu. Disebutkannya, Abbas sempat keluar ruangan ketika mendengar tuduhan Olmert bahwa Abbas bersekutu dengan Hamas untuk melawan Israel. Kepada kantor berita Yordania, Petra, Abbas seusai melakukan pertemuan dengan Raja Yordania Abdullah II mengatakan, Israel bisa jadi salah paham dengan kesepakatan, yang dicapai unsur Fatah dan Hamas di Makkah dua pekan silam. "Kami telah menyampaikan kepada Israel ihwal kesepakatan Makkah itu untuk memelihara persatuan Palestina demi kemaslahatan negara," katanya, dengan menambahkan, "Tapi, Israel tampak salah faham atas kesepakatan Makkah tersebut." Abbas, yang mulai Selasa melakukan lawatan ke negara Arab dan Eropa, mencakup Yordania, Mesir, Inggris, Jerman, dan Prancis, mengatakan, pertemuan tiga serangkai itu menemui banyak kesulitan, namun kemungkinan ada pertemuan lanjutan. Ia juga yakin akan melakukan pertemuan lagi dengan Olmert pada masa mendatang, namun, katanya, sejauh ini belum diagendakan. Sumber dekat dengan Presiden Abbas mengatakan, ia (Abbas) sempat terkejut dengan pernyataan Olmert saat pertemuan tiga serangkai itu, yang menyebutkan berkoalisi dengan Hamas untuk melawan Israel. Menurut sumber lain, Olmert juga meminta Abbas agar unsur Fatah tidak bergabung dengan Hamas dalam pemerintahan baru Palestina. Namun, menurut sumber itu, Abbas secara tegas menolak permintaan Olemert tersebut sambil meninggalkan ruang pertemuan hingga Menlu Rice memintanya kembali ke meja perundingan. Dikemukakannya, Abbas kepada Olmert mengatakan, pihaknya tidak akan mengubah sikap menyangkut pembentukan pemeritahan persatuan Palestina, sebagaimana dicapai dalam pertemuan Makkah atas prakarsa Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007