Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dinyatakan perlu belajar dari negara lain, baik di kawasan ASEAN maupun Asia, untuk memperbaiki pendidikan nasional saat ini. "Jika ingin menjadi pemimpin dalam hal pendidikan, Indonesia perlu meningkatkan universitasnya," kata dosen FISIP-UI Nurul Isnaeni dalam diskusi Masa Depan East Asia Summit di Departemen Luar Negeri, Jakarta, kemarin. Menurut Nurul, saat ini, Malaysia ingin bergerak secara signifikan dengan pendidikan di kawasan ASEAN dan telah melakukan kerjasama dengan banyak universitas di berbagai negara, termasuk dengan Universitas Indonesia. Dia mengatakan universitas di tanah air saat ini menghadapi dilema, karena sumbangan dana menurun. Berbeda dengan universitas di negara ASEAN dan Asia, yang justru meningkatkan dana bagi universitasnya, terutama untuk penelitian dan pengembangan teknologi. Nurul juga mengatakan, pemerintah hendaknya menjadikan mahasiswa sebagai diplomat, karena dinilai memiliki kemampuan dan pengetahuan baik, sehingga dapat disertakan untuk mengambil peran sebagai diplomat publik. Peran diplomatik publik oleh mahasiswa, menurut dia, dapat memberikan informasi kepada publik secara lebih luas mengenai kebudayaan Indonesia ke negara lain. Selain itu, Indonesia perlu mencontoh negara lain, yang menambahkan dana untuk pendidikan, khususnya penelitian di universitas, demi kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan di tanah air. Penambahan dana, menurut dia, tentu dapat digunakan untuk melakukan penelitian, yang pada akhirnya dapat memberikan sumbangan berarti bagi Indonesia. Dalam masalah pengembangan pendidikan itu, lembaga swadaya masyarakat juga perlu dilibatkan, katanya. Nurul melihat Cina tertarik dalam mengembangkan hubungan pendidikan di kawasan ASEAN. Menurut dia, Cina juga telah banyak melakukan kerjasama dengan universitas lain di kawasan ini. Untuk itu, menurut dia, Indonesia perlu meningkatkan mutu pendidikan dulu sebelum melakukan kerjasama dengan negara lain di kawasan ASEAN dan Asia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007