Sidoarjo (ANTARA News) - Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo, Jumat (23/2), akan memasukkan High Density Chained Balls/HDCD (bola-bola beton) ke pusat semburan lumpur di Porong, Sidoarjo, Jatim, untuk mengurangi volume semburan. Juru bicara Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur, Rudi Novrianto, saat jumpa pers di Sidoarjo, Kamis, mengatakan, teknologi HDCB temuan pakar Institut Teknologi Bandung (ITB) itu akan diterapkan setelah persiapan teknik selesai. Menurut Rudi, pemasukan bola-bola beton itu pada Jumat tetap akan mepertimbangkan kondisi cuaca, setelah sebelumnya beberapa kali tertunda juga karena faktor cuaca dan kesiapan teknis. "Mulai besok pagi, kami akan insersi HDCB kira-kira pukul 09.00-10.00 WIB. Namun itu semua tergantung cuaca besok, jika arah angin ke barat kegiatan bisa dimulai," katanya. Koordinator Monitoring Bidang Keahlian Sifat Magnetik HDCB ITB, Dr Satriya Bijaksana mengungkapkan, untuk hari pertama akan dimasukkan lima rangkaian HDCB yang setiap rangkaiannya terdiri dua bola besar yang berdiameter 40 cm dengan berat 200 kilogram dan dua bola kecil berdiameter 20 cm yang mempunyai bobot 160-170 kilogram. Setiap harinya maksimal dimasukkan 25 rangkaian. "Tapi, sebelum `insersi HDCB`, kita akan lakukan survei dengan sonar untuk mengetahui posisi lubang yang selama ini menyemburkan lumpur panas ke permukaan," paparnya. Setelah "insersi", akan dilakukan monitoring untuk melihat fisis lumpur seperti kadar air, kekentalannya maupun keasamaannya. Selain itu, juga dimonitoring kondisi rekahan di sekitar semburan utama dan daerah sekitarnya. "Jadi, total HDCB yang dimasukkan ada 374 rangkaian. Namun kesemuanya dilakukan secara perlahan dan gradual. Total biaya yang dibutuhkan sebanyak tiga miliar rupiah," ucapnya, menjelaskan. Menurut dia, proses "insersi HDCB" ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan kabel yang dibentang di atas pusat semburan lumpur panas dengan menggunakan "crane". "Selain cuaca, masih ada kendala dalam proses `insersi HDCB` ini, yaitu kelabilan tanggul untuk penempatan crane serta tidak tahannya HDCB akan temperatur yang tinggi dan kering," tuturnya, menegaskan. (*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007