Wina (ANTARA News) - Austria akan mengambil langkah lebih tegas untuk mengusir pengungsi ekonomi guna menurunkan angka perpindahan, karena tidak melihat sedikit pun bantuan dari negara lain Eropa untuk mencegah arus pendatang menuju perbatasannya, kata menteri, Selasa.

Ratusan ribu orang, yang lari dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afghanistan dan tempat lain, memasuki Austria sepanjang tahun lalu, banyak di antaranya bertujuan Jerman.

Menurut angka Kementerian Dalam Negeri, sekitar 90 ribu pendatang mencari suaka di Austria --negara berpenduduk 8,5 juta jiwa-- pada 2015, sekitar tiga kali lipat daripada angka pada tahun sebelumnya. Tidak ada data mengenai pengungsi ekonomi.

Wakil Kanselir Reinhold Mitterlehner, dari partai konservatif koalisi, mengatakan Austria berada ditekan untuk bertindak di tingkat nasional, di tengah ketiadaan bantuan dari negara tetangganya di UE.

"Saya tidak melihat apapun di tingkat Eropa yang menuju ke arah pengambilan tindakan," kata Mitterlehner kepada wartawan, menunjuk pada lambannya perkembangan untuk menetapkan titik panas di perbatasan terluar Eropa untuk mempercepat proses suaka.

Mendagri Johanna Mikl-Leitner mengatakan aturan Dublin harus diberlakukan dengan lebih ketat, yang akan memungkinkan pengiriman balik migran ke negara UE tempat mereka pertama kali tiba.

Ia juga menyebut pengungsi yang lari dari perang sebagai migran ekonomi, namun melintasi beberapa negara UE untuk menetap di satu negara yang mereka anggap makmur, seperti Swedia dan jerman, yang saat ini mengirim balik ratusan migran ke Austria.

Kanselir Werner Faymann menyuarakan pendapatnya mengenai perlunya menurunkan angka pengungsim dan menyerukan adanya Rencana B.

"Itu berarti mengintensifkan kebijakan bersama dengan Jerman untuk mengirim balik migran ekonomi dan menurunkan jumlah keseluruhan," kata Faymann yang berasal dari partai Sosial Demokrat dalam wawancara dengan harian Austria Krone yang dipublikasikan Selasa.


Jerman

Ia mengatakan Austria perlu menggali lagi pembedaan antara mereka yang mengungsi karena perang dan mereka yang bermigrasi karena alasan ekonomi.

"Sekarang kami akan lebih aktif di perbatasan kami. Jerman juga akan melakukan hal sama," kata Faymann, namun menolak menyebutkan langkah khasnya.

Faymann yang sebelumnya lebih lunak soal penerimaan migran, mendapat tekanan dari rekan koalisi konservatif dan Partai Kemerdekaan kanan-jauh, yang didukung sekitar sepertiga masyarakat dalam jajak pendapat.

Pada Desember, ia mengatakan Austria harus meningkatkan deportasi pendatang yang tidak memenuhi syarat untuk menerima suaka.

Polisi Austria mengatakan Senin, Jerman semakin banyak menolak migran yang masuk di perbatasan selatan negara itu, mengirimkan balik beberapa ratus orang ke Austria setiap hari sejak awal Januari.

Kemendagri Jerman mengatakan, Selasa, pengungsi dan pencari suaka itu sudah mengatakan di perbatasan bahwa mereka tidak ingin mencari perlindungan di Jerman namun di tempat lain. Orang-orang itu ditolak di perbatasan sejak pengawasan perbatasan diberlakukan, kata kementerian.

"Jerman jelas mengatakan selamat tinggal kepada budaya menyambut baiknya," kata Mikl-Leitner di Wina, Selasa.

Serangan terhadap perempuan di beberapa kota di Jerman pada malam Tahun Baru memicu ratusan keluhan, dan dugaan polisi mengarah pada para pencari suaka. Masalah ini menjadi tekanan bagi Kanselir Angela Merkel dan kebijakan pintu terbukanya bagi pendatang, demikian Reuters.

(S022)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016