Jakarta (ANTARA News) - Pengamat terorisme dari Barometer Institute Robi Sugara mengatakan keluarga dan lingkungan berrperan penting mencegah aksi terorisme.

"Faktor keluarga dan lingkungan sangat vital dalam mendeteksi dini setiap gerakan-gerakan negatif yang berpotensi jadi gerakan terorisme," kata dia di Jakarta, Kamis.

Kalau setiap keluarga dan lingkungan bisa memperkuat keamanan baik warganya maupun wilayahnya, tentu aksi-aksi teror bisa cepat dideteksi.

"Karena biasanya orang yang akan melakukan tindakan terorisme, gerak-geriknya bisa diketahui," ujar Robi.

Ia mengatakan aksi terorisme di dekat Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis, bisa dicegah melalui pembinaan yang baik terhadap keluarga dan lingkungan masyarakat.

Para pelaku teror bom apalagi bom bunuh diri biasanya anak-anak muda yang belum punya pemahaman agama dan ideologi yang kuat.

"Meski sasarannya adalah pos polisi tapi tidak boleh disepelekan, karena di sekitar Sarinah banyak berkumpul orang asing," kata Robi.

Ia menilai aksi teror di dekat Sarinah merujuk pada aksi terorisme yang pernah terjadi di Mumbai, India. Ia bahkan memastikan bahwa model-model teror ini dilakukan kelompok Al Qaeda atau ISIS. Apalagi ISIS sudah pernah merilis dan mengancam untuk melakukan teror seperti teror Paris di Indonesia.

Sedangkan untuk model terornya, ia menilai para pelaku menggunakan model bom serentak di beberapa tempat seperti Bom Natal tahun 2000 lalu dengan pelaku yang cukup banyak.

"Motifnya adalah balas dendam setelah aksi penangkapan teroris di beberapa daerah bulan Desember lalu, dan mengancam Kapolri, Kapolda Metro Jaya, dan lain-lain. Mereka sisa-sisa yang tidak terjaring pada operasi polisi kemarin," ungkapnya.

Robi menegaskan bahwa antisipasi adalah langkah terbaik untuk mencegah teror serupa ke depan. Kendati demikian, ia mengakui cukup sulit untuk melakukan deteksi kelompok-kelompok teroris yang ada di Indonesia. Apalagi sekarang mereka lebih banyak beroperasi melalui dunia maya (internet).

Hal senada diungkapkan Direktur Pencegahan Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Brigjen Pol Hamidin. Menurutnya, pelaku teror di sekitar Sarinah disinyalir terkait dengan beberapa tersangka yang telah ditangkap polisi di Bekasi, Mojokerto, dan Bandung.

"Misi mereka sebelumnya adalah target besar seperti Polda Metro dan Mabes Polri. Setelah gagal, mereka menyisir targetseperti pos-pos polisi," jelas Hamidin.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016