Pertama kami tidak tahu itu nama-nama korban. Setelah kami cek di antara sekian nama tersebut dan dicari orangnya serta dilakukan pemeriksaan, mereka mengaku menjadi korban
Denpasar (ANTARA News) - Kepolisian Daerah Bali mencatat korban pedofilia yang diduga dilakukan oleh RA (70), warga negara Australia, bertambah menjadi 15 orang.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Bali, Komisaris Besar Hery Wiyanto di Denpasar, Selasa, menjelaskan bahwa 15 korban tersebut didapatkan setelah polisi menelusuri catatan yang berisi nama-nama yang dibuat oleh tersangka.

"Pertama kami tidak tahu itu nama-nama korban. Setelah kami cek di antara sekian nama tersebut dan dicari orangnya serta dilakukan pemeriksaan, mereka mengaku menjadi korban," katanya.

Hery lebih lanjut menduga korban pelecehan seksual oleh kakek tersebut diperkirakan bertambah karena di dalam catatan itu terdapat 32 nama.

Namun hingga saat ini dari 32 nama tersebut, baru 15 orang di antaranya yang berhasil ditemui dan diperiksa polisi mengingat kejahatan seksual itu telah berlangsung sejak tahun 2013.

Penyidik, lanjut dia, juga telah memeriksa 30 orang saksi yang mengetahui kasus tersebut termasuk aktivitas tersangka yang sudah lama berada di Bali tersebut.

Hingga saat ini polisi masih mendalami materi pemeriksaan kepada RA.

Ia kini telah didampingi oleh pengacara dari Peradi yang ditunjuk oleh Polda Bali karena baik tersangka maupun pihak Konjen Australia tidak menyertakan pengacara.

Dalam menjalani pemeriksaan, Hery menjelaskan bahwa tersangka cukup kooperatif sehingga proses pemeriksaan diperkirakan akan berlangsung cepat hingga nanti dilimpahkan ke proses penuntutan di pengadilan.

Sebelumnya RA ditangkap di rumahnya di Selemadeg, di Kabupaten Tabanan atas laporan masyarakat yang menaruh curiga terhadap tersangka yang kerap membonceng gadis berusia rata-rata sekitar 10 tahun ke dalam rumahnya.

Atas laporan itu, polisi kemudian melakukan penyelidikan terhadap kegiatan tersangka setiap hari hingga akhirnya polisi memintai keterangan korban pelecehan seksual itu.

Rata-rata korbannya saat itu merupakan anak-anak yang tidak bersekolah dan setiap harinya menjadi tukang angkut belanjaan di Pasar Badung, Denpasar.

Tidak hanya dari Denpasar, beberapa pelaku juga berasal dari Tabanan.

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016