Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian tengah mempersiapkan para petani garam dalam negeri untuk mampu memproduksi garam yang sesuai dengan kebutuhan bahan baku industri di Indonesia.

"Memang kami inginkan garam rakyat bisa dipakai untuk industri. Dengan teknologi yang ada, kadar Natrium Clorida (NaCl) yang didapat bisa di atas 97, sesuai kebutuhan industri" kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenperin Haris Munandar di Jakarta, Rabu.

Haris mengakui, produksi garam petani saat ini belum memenuhi standar kebutuhan bahan baku garam industri, karena kadar NaCl nya masih di bawah 96.

Sehingga, garam yang dihasilkan petani lokal baru bisa memenuhi kebutuhan garam konsumsi masyarakat dan beberapa industri kecil di dalam negeri.

Adapun beberapa industri yang membutuhkan bahan baku garam dalam jumlah besar setiap tahunnya adalah industri makanan dan minuman, industri kaca, industri pereokimia dan industri farmasi.

Sudarto, pemilik paten ID P0033348 tentang pembuatan garam menggunakan media isolator mengatakan, Kemenperin telah melakukan transfer teknologi kepada 470 petani garam untuk bisa menghasilkan garam industri.

"Petani-petani tersebut tersebar di beberapa sentra garam di Rembang, Jawa Tengah," ujar Darto.

Menurut Darto, untuk membuat garam yang NaCl nya tinggi, dibutuhkan penyempurnaan desain lahan dan pembinaan kepada petani garam.

Garam yang merupakan proses kimia dan fisika ini membutuhkan kebiasaan dalam pembuatannya, salah satunya adalah untuk membuat garam kualitas industri, membutuhkan air 25 derajat.

Sementara kebiasaan petani garam lokal menggunakan air di bawah 20 derajat, sehingga menghasilkan Nacl di bawah 96.

"Inilah salah satu transfer teknologi yang dilakukan. Karena memerlukan kebiasaan dari petani garam, ini sudah membudaya," kata Darto.

Setelah itu, garam masuk ke meja kristalisasi dengan masa panen yang lebih panjang, sehingga terjadi kesempurnaan proses, yang menghasilkan garam dengan NaCl tinggi.

Dengan teknologi tersebut, Darto optimistis bahwa importasi garam yang saat ini mencapai sekitar 2,3 juta ton per tahun, perlahan-lahan bisa berkurang, karena sebagian kebutuhan garam industri bisa dipenuhi oleh garam lokal.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016