Jakarta (ANTARA News) - Masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki mental yang kuat, tetapi tidak disertai dengan kesiapan teknis jika sewaktu-waktu ISIS menyerang, kata Direktur Saiful Mujani Search and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan.

"Secara mental kita siap tapi teknis tidak. Ini yang harus kita waspadai," ujar dia di Jakarta, Jumat.

Kuatnya mental masyarakat Indonesia, kata dia, dapat diketahui dari keberadaan ISIS di Indonesia yang tidak menimbulkan ketakutan, meskipun hal itu dipengaruhi beberapa aspek.

Dari segi domisili dan pendapatan, orang yang berdomisili di kota lebih merasa tidak aman daripada masyarakat yang tinggal di pedesaan, sedangkan dari segi pendapatan, yang berpendapatan tinggi merasa lebih tidak aman dari pada yang pendapatannya rendah.

Menurut Djayadi, hasil survei yang menunjukkan orang pedesaan tidak terlalu takut dengan keberadaan ISIS dapat dibuktikan dengan mudahnya menerima kelompok radikal yang memasuki lingkungannya.

"Terorisme akan lebih mudah diterima di daerah pedesaan karena selama ini, kalau teroris mau ditangkap, pasti sembunyi dan larinya ke pedesaan," kata dia.

Selain itu, kelompok orang yang pendidikannya rendah dan jenis kelaminnya laki-laki, berdasarkan survei, tingkat rasa tidak amannya rendah dengan keberadaan ISIS di Indonesia.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, kata Djayadi, semakin tinggi juga tingkat rasa ketidaknyamannya terhadap keberadaan ISIS di Indonesia.

"Kenapa perempuan lebih takut dan merasa tidak aman karena perempuan sering dijadikan target oleh ISIS," ucap dia.

Sementara itu, berdasarkan tingkat usianya, kebanyakan orang atau masyarakat yang umurnya masih muda lebih merasa tidak aman daripada usia orang yang sudah tua karena kebanyakan dari pelaku teror adalah orang-orang muda.



Pewarta: Dyah Dwi A.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016