Jakarta (ANTARA News) - Menjelang digelarnya turnamen Super Series ketiga, All England, pada 6-11 Maret, muncul kritik mengenai pengundian yang dilakukan Federasi Bulutangkis Dunia (WBF). Pelatih ganda putra nasional Malaysia, Rexy Mainaky mengharapkan WBF mengevaluasi penggunaan peringkat nasional yang membuat sebuah pasangan mendapat tempat di babak utama Super Series. Kepada harian Thestar seperti dikutip situs resmi Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) Sabtu, Rexy mengeluhkan penggunaan sistem peringkat nasional yang dihasilkan pemain individual bersama pasangan sebelumnya diperhitungkan sebelum menentukan ranking pasangan baru. Untuk All England yang akan datang, misalnya, pasangan Indonesia Sigit Budiarto/Fran Kurniawan, yang bahkan tidak masuk dalam 300 peringkat teratas dunia, dapat masuk ke babak utama. Pasangan Malaysia, Chan Chong Ming/Hoon Thien How, yang juga tidak punya ranking dunia, bertanding pada babak utama dalam dua Super Series pertama di Malaysia dan Korea Selatan secara berturut-turut. Mantan pemain nasional Indonesia itu mengatakan ia tidak mengerti alasan pemikiran di balik keputusan BWF menggunakan peringkat nasional. "Mereka ingin pemain-pemain terbaik di dunia bertanding di Super Series, tetapi mereka memberi keuntungan bagi pemain-pemain yang bahkan tidak punya ranking dunia," katanya. "BWF seharusnya menggunakan peringkat dunia atau bahkan peringkat Super Series untuk menentukan siapa yang lolos ke event Super Series. Ranking nasional ini seharusnya dikesampingkan," tambahnya. Jumpa teman sendiri Ketua Sub Bid Pelatnas PB PBSI Christian Hadinata juga mengeluhkan pengundian yang dilakukan induk organisasi bulutangkis dunia itu dalam turnamen Super Series yang kerap mempertemukan pemain-pemain senegara di babak-babak awal. "Mungkin perlu ada wakil dari beberapa negara yang kuat bulutangkisnya seperti China, Malaysia, Korea dan Indonesia, memberi masukan atau usulan agar BWF mengevaluasi sistem pengundian seperti itu," ujar Christian. Christian mengeluhkan beberapa pemain Indonesia yang harus bertemu teman sendiri di babak awal sehingga mengacaukan target yang ingin dicapai. "Setiap negara rata-rata hanya punya dua pemain kuat, jika mereka bertemu di awal berarti harus kehilangan peluang terlalu dini, jadi mestinya dipisah," katanya. Belum lagi terjadinya pertemuan antara dua pemain kuat dunia di putaran-putaran awal seperti yang terjadi pada putaran pertama Malaysia Terbuka antara Taufik Hidayat dengan Lin Dan. "Jangan sampai seolah-olah finalnya terjadi di partai-partai pertama sementara babak terakhir kualitasnya tidak sebaik di awal," tambah mantan pelatih Rexy tersebut. Pada All England mendatang, dua pemain tunggal putra terbaik pelatnas, Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro akan bertemu pada putaran kedua jika berhasil melalui putaran pertama dengan baik. Pemenang duel sesama pemain pelatnas itu langsung bertemu pemain nomor satu dunia Lin Dan dari China. Dua ganda putri yang ambil bagian pada turnamen tersebut Rani Mundiasti/Endang Nursugianti dan finalis Malaysia Terbuka Greysia Polii/Vita Marissa juga harus saling berhadapan pada putaran kedua. Sementara dua ganda putra andalan Cipayung, Markis Kido/Hendra Setiawan dan Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto berpeluang bertemu di perempatfinal. Pada Super Series sebelumnya, Markis/Hendra dan Luluk/Alvent bertemu pada putaran kedua, sedang di Korea mereka sedianya bertemu di putaran kedua sebelum Luluk/alvent mundur karena Luluk sakit. (*)

Copyright © ANTARA 2007