Tokyo (ANTARA News) - Kurs dolar AS tertekan di perdagangan Asia pada Jumat, karena gejolak pasar dan pertumbuhan global lemah meningkatkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.

Pedagang mata uang mengawasi dengan cermat data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat waktu setempat, dengan angka yang buruk diyakini akan memperkuat kekhawatiran tentang pelemahan di ekonomi terbesar dunia itu -- setelah The Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun pada Desember.

Para investor yang gelisah telah mendorong mereka beralih ke yen, karena mereka mencari sebuah mata uang yang secara luas dipandang sebagai tempat taruhan yang aman pada saat terjadi gejolak dan ketidakpastian.

"(Sentimen) penghindaran risiko umumnya telah menyebabkan beberapa penguatan atau apresiasi yen, tetapi cerita di sisi dolar juga berperan sebagai pendorong lebih besar kali ini," Shinichiro Kadota, ahli strategi valuta asing di Barclays, mengatakan kepada Bloomberg News.

"Ada beberapa pertanyaan tentang seberapa efektif dan seberapa banyak ruang untuk pelonggaran yang ada bagi (Bank Sentral Eropa) dan (Bank Sentral Jepang)."

Yen menukik pekan lalu setelah bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ) mengatakan akan mengadopsi kebijakan suku bunga negatif, yang memicu sebuah reli singkat di pasar ekuitas global.

Tetapi mata uang Jepang sejak itu bangkit kembali, dengan dolar duduk di 116,85 yen, terhadap 116,74 yen pada Kamis. Dolar berada di atas 121 yen awal pekan ini.

Euro turun tipis menjadi 1,1190 dolar dari 1,1215 dolar di perdagangan AS, tetapi tetap naik dari tingkat 1,09 dolar yang terlihat awal pekan ini.

Matau uang tunggal juga melemah menjadi 130,60 yen dari 130,81 yen pada Kamis di Tokyo.

AS telah menikmati hasil ekonomi yang wajar untuk beberapa tahun terakhir dalam menghadapi kelesuan di seluruh dunia, namun serangkaian data lemah akhir-akhir ini telah memicu kekhawatiran atas tren penurunan.

Mata uang negara-negara berkembang menguat terhadap unit AS.

Ringgit Malaysia yang terkait minyak bertambah 0,27 persen karena harga minyak mentah naik, won Korea Selatan naik 0,45 persen dan dolar Taiwan menguat 0,5 persen.

Baht Thailand baht dan rupiah Indonesia juga naik terhadap dolar.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016