Tasikmalaya (ANTARA News) - Sedikitnya 8.000 hektar dari 9.663 hektar hutan produksi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, tidak termanfaatkan secara maksimal karena mengalami kerusakan parah akibat penjarahan besar-besaran beberapa tahun terakhir ini. Administratur (Adm) Perhutani Tasikmalaya, Taufik Rahardjo, Kamis, mengatakan hutan yang semula menjadi daerah resapan air itu kini terancam hilang, terutama yang berada di wilayah Singaparna, Taraju, Karangnunggal dan Cikatomas. Menurut dia, rusaknya hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air itu bisa dibuktikan dengan banyaknya bencana yang menimpa daerah tersebut belakang ini. "Kondisi ini harus segera diatasi bersama, karena tidak mungkin ini hanya dikerjakan oleh Perhutani semata. Kami butuh juga dukungan dari seluruh elemen masyarakat," katanya. Rusaknya hutan, kata Taufik, sangat berimbas pada pendapatan pemerintah dari sektor kehutanan. Ia menyebutkan, sejak tahun 1999 pendapatan pemerintah dari sektor kehutanan sangat kecil yakni Rp1,1 miliar dari tumpang sari dan Rp63 juta dari hasil "sharing" hasil hutan dengan masyarakat. Dia menuding, menurunnya hasil hutan itu diakibatkan oleh ulah para perambah yang mulai marak sejak tahun 1999. "Kalau ini terus dibiarkan, hutan kita bisa habis. Lalu bagaimana dengan masa depan anak-anak kita," ungkapnya. Untuk tahun 2007 ini, pihaknya akan melakukan penghijauan di areal hutan seluas 4.00 hektar dengan menanam pohon albasiah, jati, kayu hutan dan jenis kayu lainnya. Di pihak lain, Taufik pun meminta agar masyarakat yang berada di sekitar hutan proaktif dalam upaya menghijaukan kembali hutannya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007