Jakarta (ANTARA News) - Sektor farmasi pada 2015 mencatatkan pertumbuhan komitmen investasi yang signifikan, yaitu mencapai Rp6,5 triliun atau meningkat sebesar 118 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp3 triliun, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Berdasarkan data BKPM yang disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Senin, peningkatan komitmen investasi tersebut diperoleh dari kontribusi penanaman modal asing (PMA) sebesar 105,8 juta dolar AS dan dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp5,1 triliun.

Sektor farmasi termasuk dalam sektor yang diharapkan dapat berkembang, ditandai dengan langkah pemerintah untuk merevisi bidang usaha di sektor tersebut menjadi lebih terbuka.

Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan, upaya pemerintah untuk membuka investasi sektor farmasi adalah untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku obat yang juga akan mendorong perkembangan industri farmasi obat di dalam negeri.

"Dengan dibukanya 100 persen bagi sektor farmasi yang dulu dibatasi maksimal 85 persen ini, diharapkan investor di bidang farmasi baik dari hulu dan hilir dapat mempertimbangkan secara serius Indonesia sebagai lokasi investasinya," kata dia.

Dia menyebutkan bahwa distribusi komitmen investasi yang dicatatkan dari sektor farmasi tersebut didominasi oleh Provinsi Jawa Barat dengan 15 proyek senilai Rp5,4 triliun dan rencana penyerapan tenaga kerja sebesar 2.385 orang.

Franky mengatakan, untuk sektor farmasi di Provinsi Jawa Timur terdapat dua proyek besar senilai Rp588 miliar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 287 orang.

Selanjutnya, kata dia, di Jawa Tengah terdapat satu proyek senilai Rp300 miliar dengan jumlah tenaga kerja 500 orang.

"Beberapa minat yang diidentifikasi masuk ke sektor farmasi oleh tim marketing officer serta perwakilan BKPM di antaranya dari AS dan Kanada sebesar 70 juta dolar AS, dari Jepang 40 juta dolar AS, serta dari Korea Selatan dari dua perusahaan sebesar 260 juta dolar AS," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BKPM mendampingi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerja ke San Fransisco, Amerika Serikat pekan ini.

Kunjungan kerja tersebut akan dimanfaatkan untuk mempromosikan daftar negatif investasi (DNI) yang baru diumumkan perubahannya oleh pemerintah pekan lalu.

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016