Ambon (ANTARA News)- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX di Ambon akan dimintai bantuan untuk mengerahkan kapal perang (KRI)-nya guna memasok beras ke daerah rawan pangan di Maluku Tenggara Barat (MTB), kata Sekretaris Daerah (Sesda) MTB, Pieter Norimarna. "MTB yang merupakan wilayah kepulauan masih mengalami kesulitan dengan terbatasnya armada laut, sehingga memerlukan bantuan KRI dari Lantamal IX Ambon mengangkut beras bagi masyarakat pada delapan dari 17 Kecamatan yang terawan pangan," katanya kepada ANTARA News melalui telepon seluler (ponsel)-nya di Saumlaki, ibukota kabupaten setempat, Kamis. Norimarna mengemukakan, kapal perintis memang ada yang melayari wilayah di MTB, namun jadwal dan rute pelayaran tetap sudah ditentukan serta diprioritaskan untuk melayani masyarakat, makanya tidak bisa dimanfaatkan untuk mengangkut beras. "Kami memang dibantu Pemprov Maluku melalui Dinas Sosial beras sebanyak 50 ton. Namun, hingga saat ini belum bisa diangkut dari gudang Sub Bulog Tual, Kabupaten Maluku Tenggara karena tidak ada kapal sehingga dipandang perlu meminta bantuan Lantamal IX Ambon. Apalagi, saat ini kondisi laut kurang bersahabat akibat angin kencang dan gelombang tinggi," katanya menegaskan. Hanya saja, menurut dia, belum diangkutnya beras sebanyak 50 ton dari Tual tidak berarti mengancam kebutuhan karbohidrat masyarakat di MTB, karena mereka sudah terbiasa mengonsumsi ubi-ubian maupun biji-bijian, seperti biji mangga yang sudah merupakan tradisi sejak leluhur lantaran setiap tahun terjadi rawan pangan akibat kemarau panjang. "Jadi, jangan dipolitisir soal rawan pangan di MTB karena sudah saatnya digalakkan pemanfaatan bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat masyarakat mengingat karakteristik wilayah - tanah - curah hujan relatif kurang sehingga kurang ideal bagi pengembangan sawah guna menghasilkan beras," ujarnya menegaskan. Ia mengemukakan, rawan pangan di delapan kecamatan MTB sudah ditangani dengan cara mengirimkan 10 ton beras dan mengintensifkan Satuan Tugas (Satgas) guna memantau dan melaporkan setiap perkembangan yang terjadi di masyarakat, terutama terkait kondisi kesehatan anak di bawah lima tahun (balita), dan ibu hamil maupun menyusui. "Syukurlah hingga kini belum ada laporan tentang gizi buruk maupun masyarakat menderita gejala penyakit. Kondisi ini terjadi karena rawan pangan ini hanya mengakibatkan unsur karbohidrat relatif kurang, sedangkan protetin dan lainnya tersedia mengingat tersedia potensi sumberdaya hayati laut berupa ikan yang populasinya tinggi," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007