Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, setidaknya ada tiga motivasi yang mendasari seseorang berperang melawan korupsi. Motivasi pertama adalah karena takut terhadap sanksi dan ancaman.

“Sebagian ada yang tidak korupsi karena takut ancaman, takut dosa, siksa, dan seterusnya. Jadi karena ketakutan terhadap sanksi,” tegas Menag saat memberikan sambutan sekaligus membuka Seminar “Kekuatan Perempuan, Inspirasi Perubahan” di Gedung Itjen Kemenag, Jakarta, Selasa.

Seminar ini digelar Dharma Wanita Persatuan (DWP) Itjen Kementerian Agama bekerjasama dengan Australia-Indonesia Partnership for Justice dan Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK)

Hadir dalam kesempatan ini, Ketua KPK Laode Moh. Syarif, Irjen Kemenag M. Jasin, Ketua Dewan Pembina DWP Kemenag pusat Trisna Willy Lukman, Ketua DWP Kemenag pusat Endah Nur Syam, perwakilan Dubes Australia Lucia Pietropaoli, Juru Bicara KPK Yuyuk Andriati Iskak, Gandjar Laksmana Bonaparte dari Tim SPAK, dan 26 DWP Kanwil Kemenag Provinsi.

“Sebagian lain, lebih dilatarbelakangi karena ingin mendapatkan reward. Dengan tidak korupsi, maka saya akan menerima ganjaran dan karenanya saya akan menerima hal-hal yang baik dan positif,” ujarnya.

Di luar masalah pahala dan sanksi, Menag mengatakan bahwa ada motivasi yang lebih tinggi, yaitu adanya kesadaran untuk menebar kemaslahatan. Motivasi kesadaran, lanjut Menag, tidak hanya berangkat pada kepentingan diri, tapi juga kepentingan yang lebih besar untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

“Motivasinya lebih keluar, ingin membuktikan bahwa keberadaannya di dunia ini harus memiliki signifikansi, keterkaitan yang erat akan terciptanya kemaslahatan, dan itulah ajaran semua agama,” tegasnya.

Sehubungan itu, Menag mengajak keluarga besar Kementerian Agama untuk mendasarkan kesadaran akan kemaslahatan sebagai motivasi dalam berperang melawan korupsi. “Jadi, kita perangi korupsi karena sadar akan misi bagaimana kehidupan ini bisa lebih baik tanpa korupsi, karena sadar bahwa korupsi tingkat destruktifnya luar biasa,” kata Menag seperti dikutip laman Kemenag, Selasa.

Menag memandang Gerakan SPAK sangat strategis karena melibatkan kaum perempuan yang menduduki posisi strategis, bahkan sejak pada komunitas terkecil, inti, yaitu kekuarga. Menag menyampaikan apresiasi kepada KPK yang terus memberikan masukan kepada Kemenag dalam upaya pencegahan korupsi sehingga Kemenag senantiasa berada pada jalur yang benar (on the track) dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

“Saya bukan perempuan. Tapi saya juga anti korupsi,” tegas Menag disambut tepuk tangan hadirin.

Sebelumnya, perwakilan Dubes Australia Lucia Pietropaoli mengatakan bahwa Gerakan Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) Australia diluncurkan oleb KPK dan Australia bertepatan dengan Hari Kartini tahun 2014.

Menurut Lucia, sekarang sudah lebih dari 200 ribu orang di 10 provinsi yang telah mengikuti pelatihan untuk memahami bagaimana perempuan bisa memberantas korupsi, dari ibu rumah tangga sampai anggota parlemen. SPAK juga sudah memiliki lebih dari 499 agensi.

“Gerakan SPAK sudah masuk dunia media sosial. Logo SPAK juga sudah dilihat jutaan orang,” terangnya.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016