Jakarta (ANTARA News) - Empat penulis buku Islami mencetuskan ide untuk berkarya di dalam satu benang merah: kisah cinta dengan latar belakang luar negeri. 

Lahirlah "Love in Adelaide" dari Arumi E, "Love in Edinburgh" dari Indah Hanaco, "Love in Marrakech" dari Irene Dyah dan "Love in Paris" karya Silvarani.

"Kami ingin mengangkat cerita Islam di negeri lain," kata Arumi pada Antara News saat ditemui di Islamic Book Fair, Senayan, Jakarta, Senin (29/2).

Tidak hanya unsur cinta, juga ada dakwah halus namun tidak menggurui yang diselipkan dalam tiap buku.

Menurut Arumi, setiap penulis memilih sendiri tempat mana yang ingin digarap menjadi novel. 
Penulis yang dulunya arsitek itu mendapatkan banyak cerita menarik tentang Adelaide dari temannya di sana.

"Tentang perjuangan kaum Aborigin mendapatkan kesetaraan hak," kata Arumi yang telah menulis dua puluh novel sejak enam tahun silam.

Sementara itu, Irene Dyah sengaja mengangkat Maroko karena itu merupakan salah satu tempat penting bagi peradaban Islam.

"Ini pertama kali saya menuliskan tempat yang belum saya kunjungi, risetnya seru," ujar Irene berkecimpung di dunia penulisan sejak dua tahun silam dan menelurkan enam novel.

Indah Hanaco membuat kisah berlatar Edinburgh yang kental dengan unsur kemanusiaan di mana perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk berbuat baik pada sesama.

"Saya tidak menulis novel religi yang 'berat'," kata Indah yang karyanya telah terwujud dalam 28 novel.

Senada, kisah cinta di Paris dari Silvarani juga mengusung unsur kemanusiaan yang tinggi, meski ada juga selipan nilai-nilai Islam di sana.


Empat penulis itu masih akan membuat pembaca berkeliling dunia lewat kelanjutan seri "Around the World with Love" yang rencana dirilis pada bulan Ramadhan mendatang.

"Tiap orang akan membuat tiga buku yang semuanya memiliki benang merah dari buku sebelumnya," pungkas Arumi.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016