Makassar (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pengawasan keselamatan kapal-kapal penumpang semakin diperketat guna meminimalkan potensi kecelakaan di laut.

"Yang paling penting adalah bagaimana menguranginya (potensi kecelakaan) dan lebih meningkatkan persyaratannya," kata Wapres kepada Antara di rumah pribadinya di Makassar, Sabtu.

Menurut Wapres, banyak kapal penumpang di Indonesia adalah kapal bekas dan berusia tua, namun masih dioperasikan untuk mengangkut penumpang.

"Hampir semua kapal di Indonesia yang untuk mengangkut orang itu semuanya kapal bekas dan kapal tua," katanya.

Hal itu disebabkan tingginya biaya perawatan sementara pengelola kapal tidak berani menaikkan tarif tiket karena khawatir peminat penumpang kapal berkurang.

"Tidak ada perusahaan yang bisa mengoperasikan kapal baru dengan tarif yang murah," tambahnya

Sehingga, kondisi itu mengakibatkan potensi kecelakaan dan tenggelam semakin tinggi.

Oleh karena itu, pengawasan terhadap kapal harus diperketat dan pengelola tidak boleh curang dalam melebihi kapasitas angkutan kapal tersebut.

"Pengawasan harus ketat, artinya harus diperiksa dia punya masa docking, tingkat keadaan kapal, dan juga jumlah penumpangnya. Kadang-kadang kapal hanya muat 100 tapi dia angkut 200," kata Wapres.

Jumat siang (4/3), sebuah kapal angkutan tenggelam di Selat Bali ketika sedang melakukan perjalanan dari Bali ke Banyuwangi.

KMP Ravelia II jenis "Landing Craft Tank" (LCT), yang berangkat dari Pelabuhan Gilimanuk pada pukul 12.40 WITA menuju ke Pelabuhan Ketapang, tenggelam sekitar pukul 13.10 WIB.

Ravelia membawa puluhan penumpang dan muatan dengan total 25 unit kendaraan yang terdiri dari dua truk besar, satu unit pikap, empat unit tronton, 18 unit truk sedang, dan empat kendaraan kecil.

PT Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia mencatat 76 penumpang Ravelia II selamat, tiga meninggal dan satu lagi belum ditemukan.

Badan SAR Provinsi Jawa Timur merilis penyebab karamnya kapal tersebut karena kebocoran di lambung kapal.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016