Yogyakarta (ANTARA News) - Ribuan warga kota pagi ini mendatangi Tugu Yogyakarta untuk menyaksikan gerhana matahari, tak ingin melewatkan momentum langka yang terakhir terjadi 33 tahun silam.

Warga yang ingin melihat gerhana matahari tidak hanya memenuhi area sekitar Tugu tetapi juga meluas hingga Jembatan Gondolayu yang berada sekitar 300 meter di timur Tugu.

"Saya memang berniat 100 persen untuk datang ke Tugu. Mungkin ini terakhir kali saya bisa melihat gerhana matahari," kata seorang warga, Nurahma (77).

Kepala Kantor Pengelola Taman Pintar Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan warga sudah datang ke Tugu sejak pukul 05.30 WIB.

"Karena mereka tidak ingin melewatkan peristiwa langka ini," katanya di sela kegiatan "Jogja Melihat Gerhana".

Taman Pintar Yogyakarta bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta serta komunitas Penjelajah Langit menggelar kegiatan Jogja Melihat Gerhana untuk menyaksikan peristiwa gerhana matahari.

Dalam kegiatan tersebut, penyelenggara menyediakan enam teleskop dan sejumlah televisi layar lebar serta menyebar 30 petugas yang membawa kacamata khusus untuk melihat proses terjadinya gerhana.

Warga bisa meminjam kacamata khusus untuk melihat proses terjadinya gerhana matahari kepada petugas yang rutin berkeliling di tengah-tengah warga yang "menyemut" di sekeliling Tugu Yogyakarta.

Namun warga hanya boleh meminjam kacamata khusus tersebut selama sekitar 60 detik hingga dua menit.

Warga lain yang tidak sempat meminjam kacamata pelindung bisa melihat proses terjadinya gerhana melalui televisi layar lebar yang telah disiapkan, yang hanya satu dan kerap mati.

"Kami berharap, kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa gerhana matahari bukan merupakan peristiwa yang dipenuhi oleh mitos. Tetapi ada penjelasan ilmiahnya dan warga tidak perlu takut terhadap peristiwa ini," kata Yunianto.

Warga yang belum sempat menyaksikan peristiwa tersebut bisa datang ke planetarium Taman Pintar untuk menyaksikan simulasi terjadinya gerhana matahari, saat matahari tertutup bayangan bulan sehingga Bumi menjadi gelap.

Di Yogyakarta, matahari hanya tertutup sekitar 83 persen oleh bayangan bulan sehingga saat puncak gerhana terjadi pukul 07.23 WIB kondisi tidak terlalu gelap. Puncak gerhana berlangsung sekitar dua menit dan kondisi berangsur-angsur normal kembali.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta Tony Agus Wijaya mengatakan, warga Yogyakarta patut bersyukur.

"Meskipun tidak terjadi total, namun cuaca saat terjadi gerhana cukup cerah. Di beberapa daerah yang mengalami gerhana matahari total, justru cuaca tidak mendukung karena hujan deras. Seperti yang terjadi di Kalimantan," katanya.

Ia menuturkan peristiwa langka tersebut seharusnya memang dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat seperti sekarang ini, tidak seperti tahun 1983, ketika warga justru takut dan bersembunyi di rumah saat terjadi gerhana.

"Dengan perkembangan teknologi, kita bisa merayakan hari yang istimewa ini secara bersama-sama," katanya.

Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang hadir dalam kegiatan tersebut berharap masyarakat dapat mengambil hikmah atas peristiwa tersebut dan tidak lupa bersyukur kepada Allah SWT.

"Peristiwa ini adalah tontonan dan juga tuntunan. Ada pengetahuan yang akan diperoleh masyarakat, namun jangan lupa bersyukur atas kebesaran Allah SWT," katanya.

Sebelum mengamati gerhana, ratusan warga melaksanakan salat gernaha secara berjamaan di sisi barat Tugu.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016