Jakarta (ANTARA News) - Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohammad menyatakan prihatin atas kondisi umat Islam dewasa ini karena ada di antaranya menjadi imigran ke sejumlah negara Eropa.

Keprihatinan tersebut disampaikan Mahathir Muhammad ketika tampil pada acara Seminar Nasional di Kampus Universitas Islam Assyafiiyah (UIA), Jatiwaringin, Bekasi, Jawa Barat, Kamis.

Acara itu digelar menyambut Milad 35 Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) seluruh Indonesia pimpinan Tutty Alawiyah yang juga rektor UIA. Mahathir mengatakan kondisi seperti itu terjadi karena negara tempat kelahiran, dan tempat mereka dibesarkan sudah tidak ada aman lagi.

"Mereka dan keluarganya akhirnya mereka menjadi imigran. Ini memalukan, terlebih mereka menjadi imigran ke negara-negara yang bukan muslim," papar Mahathir.

Ia menjelaskan negara-negara Islam sudah tidak aman lagi, karena mereka terjebak dalam perang saudara. Kondisi perang saudara seperti itu membuat negara-negara Islam ada yang menjadi "failure state" (negara gagal) akibat perang saudara tersebut.

"Mengapa ini terjadi. Hal itu karena memang kita telah meninggalkan ajaran Islam. Kita tidak boleh menyalahkan orang lain, tapi salahkan diri kita sendiri mengapa kondisi umat Islam banyak yang menjadi imgran, dan mengapa negara-negara Islam terjebak dalam perang saudara," tegas Mahathir.

Menurut Mahathir, kalau umat Islam mengikuti ajaran Islam dengan benar , maka pemimpin-pemimpin di negara Islam tadi tidak akan menyalahgunakan kekuasaan. "Mereka menjadi pemimpin yang amanah tapi karena tidak amanah tadi, akhirnya ada untutan perubahan, dan tidak jarang tuntutan perubahan tersebut berujung kepada perang saudara," papar Mahathir.

Kunjungan Mahathir selain menghadiri Milad ke-35 BKMT, juga mengunjungi pendidikan pesantren khusus yatim Assyafiiyah. Dalam pesannya, Mahathir minta anak-anak yatim agar terus belajar di Assyafiiyah. Apalagi Tutty Alawiyah telah menggratiskan semua biaya pendidikan, termasuk menyediakan asramanya.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016