Sidoarjo (ANTARA News) - Jalur Raya Porong-Sidoarjo, Jawa Timur, tepatnya di Desa Siring, Kecamatan Porong, tak jauh dari pusat semburan lumpur dari proyek PT Lapindo Brantas Inc, Selasa, kembali digenangi air sepanjang 500 meter, setelah pipa PDAM yang ditanam di dalam tanah itu jebol lagi. Akibat semburan air itu jalan utama yang menghubungkan Surabaya-Malang tampak macet total, sehingga mobil-mobil besar terpaksa dialihkan lewat jalur alternatif Mojosari-Mojokerto, dan mobil kecil jenis sedan maupun pick up tetap dibolehkan melintas secara pelan-pelan, demikian laporan ANTARA News dari lokasi kejadian, Selasa petang. Sejauh ini tampaknya belum ada upaya untuk mengurangi genangan air di jalur tersebut, termasuk dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan akibatknya genangan yang setinggi kurang lebih 40 cm itu membuat banyak kendaraan roda dua yang melalui jalur tersebut mogok. Pipa PDAM yang jebol kali ini berada sekitar 100 meter dari pipa yang jebol beberapa waktu lalu. Pipa tersebut tercatat milik PDAM Surabaya, dan menjadi penyambung saluran dari mata air Umbulan dan Tamanan di Kabupaten Pasuruan bagi pelanggan di Surabaya dan Sidoarjo sekitarnya. Pipa Umbulan itu meiliki debit 110 liter per detik, sedangkan pipa dari Tamanan berdebit 220 liter per detik. Kepala Sub Dinas (Kasubdin) Pemeliharaan PDAM Surabaya wilayah luar Kota, Bambang, ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa perbaikan pipa itu direncanakan Selasa malam, namun pompa air di Gempol sudah ditutup, agar air tak keluar lagi. Ia mengemukakan, walau pompa air di Gempol sudah ditutup, ternyata air tetap menyembur keluar. "Itu sisa-sisa air di pipa saja. Kami sudah menutup pompa air di Gempol sejak tadi siang. Namun, genangan air yang masih tinggi akan sedikit mengganggu perbaikan," katanya. Ia memperkirakan, akibat jebolnya pipa PDAM ini, maka kemungkinan besar pasokan air ke pelanggan di Sidoarjo dan Surabaya akan terganggu sekitar seminggu. "Perbaikannya butuh waktu tiga hari. Tapi, air baru mengalir normal seminggu," demikian Bambang. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007