Jakarta (ANTARA News) - Ratusan truk barang di Pelabuhan Merak dan Bakauheni, Selasa, menumpuk lebih dari 30 jam akibat terlambatnya kedatangan maupun keberangkatan kapal penyeberangan yang melayani rute Merak- Bakaukauheni. Jadwal keberangkatan dan kedatangan kapal fery menjadi tidak teratur sehubungan terjadinya ombak besar di Selat Sunda. Waktu pelayaran biasanya sekitar dua jam, namun kini mencapai tiga jam. Selain itu, tidak semua dermaga di Merak dan Bakauheuni yang dioperasikan, dan hanya kapal penyeberangan yang berukuran cukup besar yang diperkenankan melayani pelayaran Merak- Bakauheuni. Kondisi itu mengakibatkan ratusan truk barang menumpuk di Pelabuhan Merak dan Bakauheuni. Sejumlah pengemudi maupun kondektur truk bahkan menyebutkan telah berada di areal pelabuhan lebih dari 30 jam untuk menunggu giliran masuk kapal. Beberapa awak truk barang bahkan menyebutkan harus mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp20 ribu agar dibolehkan petugas pelabuhan untuk masuk ke jalur truk barang yang langsung menuju kapal. Tanpa ada uang pelicin itu, awak truk barang harus masuk di jalur antrian. Untuk menghindari kecelakaan selama pelayaran, awak kapal fery selalu meminta pengemudi truk dan kendaraan pribadi untuk tidak menyalakan mesin kendaraannya. Sementara para penumpang diminta untuk merokok di tempat- tempat yang ditentukan, dan tidak membuang puntung rokoknya dalam keadaan menyala. Misalnya, KMP Tribuana melalui pengeras suara melarang kendaraan dihidupkan mesinnya selama perjalanan, serta melarang penumpang membuang puntung rokoknya sembarangan. Namun, anak buah kapal itu ternyata juga mengizinkan truk pengangkut ayam untuk memarkir kendaraannya di dek dua, yakni dek tempat kendaraan pribadi dan pintu keluar masuknya penumpang. Truk itu seharusnya diparkir di dek satu, yakni tempat truk barang dan bus penumpang diparkir. Selain itu, kapal cepat yang melayani rute Merak-Bakauheuni tidak dioperasikan, dan pengguna jasa kapal cepat itu akhirnya memilih menggunakan kapal fery.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007