Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian tidak menginginkan industri modul surya di dalam negeri terus menerus bergantung pada produk impor, sehingga berupaya menumbuhkan industri hulunya.

"Indonesia itu penghasil pasir silika (bahan baku modul surya) yang cukup besar. Jadi inginnya ada investor mengolah ini," kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Senin.

Untuk membangun pabrik yang memproduksi modul surya, lanjutnya, dibutuhkan investasi sebesar 500-600 juta dollar AS atau setara Rp3-4 triliun.

Sehingga, pemerintah akan memfasilitasi agar para investor bergairah menanamkan modalnya untuk memproduksi modul surya, yang saat ini masih diimpor.

Dalam hal ini, Putu menyampaikan Kemenperin akan menggandeng Kementerian Energi dan SUmber Daya Mineral (ESDM) untuk memfasilitasi tumbuhnya pasar modul surya di dalam negeri.

Menurut Putu, dengan nilai investasi yang besar tersebut, pabrik modul surya akan menghasilkan volume yang juga besar, sementara pasarnya di Indonesia masih relatif kecil.

"Kami akan membuat forum dahulu, apa saja yang dibutuhkan. MIsalnya soal SNI yang memang sudah ada tapi belum wajib," ujar Putu.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI) Darman Mappangara mengatakan, dari kapasitas produk 100 mega watt per tahun, baru 20 mega watt yang terpakai.

"Hampir sebagian besar digunakan oleh pemerintah lewat dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), BUMN dan sebagian kecil swasta," ujar Darman.

Ketua asosiasi yang beranggotakan tujuh industri tersebut berharap, pemerintah mampu mendorong peningkatan penggunaan modul surya di dalam negeri melalui kebijakan terkait.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016