Jakarta (ANTARA News) - Kepolisian akan mengevaluasi materi pelatihan pengenalan granat, menyusul terjadinya musibah meledaknya granat dalam pelatihan tenaga keamanan di salah satu ruangan di Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara.

"Jadi diupayakan kedepannya pelaksanaan pelatihan itu menggunakan alat peraga simulasi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Mabes Polri Brigjen Agus Rianto, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.

Hal itu, kata Agus, untuk menghindari terulangnya kejadian serupa.

Menurutnya, pelatihan satpam di kampus tersebut diberikan oleh instruktur profesional dari kepolisian. Pelatihan tersebut bertujuan memberikan informasi mengenai bahan peledak kepada para satpam.

Dalam pelatihan itu instruktur membawa granat asli untuk memperlihatkan perbedaan granat asli dengan yang tiruan.

"Saat itu, teman-teman Brimob di Sultra memberikan contoh untuk pembeda antara granat asli dan tiruan. Ini yang jadi pertimbangan dari teman-teman di sana untuk menampilkan granat asli," katanya.

Namun apes, dalam pelatihan hari Selasa (29/03), granat tersebut jatuh dan meledak di Gedung Workshop Universitas Haluoleo Kendari sekitar pukul 15.30 WITA.

Menurutnya, granat meledak pada saat pelaksanaan pendidikan dasar (diksar) satpam Universitas Haluoleo.

"Pada saat pelaksanaan kegiatan tersebut, anggota Brimob Brigadir Khaidir memperagakan jenis-jenis bahan peledak kepada peserta, tiba-tiba granat yang dipegang Brigadir Khaidir meledak," kata Agus.

Dalam peristiwa tersebut, tercatat empat orang tewas yakni tiga orang satpam Universitas Haluleo bernama Kaharudin, Jufriady dan Supriyadi, serta anggota Brimob Polda Sultra Brigadir Khaidir.

Sementara delapan orang lainnya mengalami luka yakni tujuh orang petugas keamanan dan seorang anggota Brimob.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016