Jakarta (ANTARA News) - Angga dan Widya merupakan pasangan suami istri yang sama-sama berprofesi sebagai joki three in one.

Rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menghapus sistem 3-in-1 membuat keduanya bingung.

"Kalau dihapus nanti kami kerja apa," kata Widya (21 tahun) saat ditemui ANTARA News di kawasan Senayan, Jakarta.

Widya telah lima tahun berprofesi sebagai joki dimana dia akhirnya bertemu dengan suaminya, Angga yang sudah menjadi joki sejak usia sembilan tahun. 

Dari penghasilannya sebagai joki 3-in-1 pagi dan sore, perempuan lulusan kelas lima sekolah dasar itu bisa mengantongi uang berkisar Rp40.000 hingga Rp100.000 per hari.

"Kalau bawa anak bisa lebih besar lagi penghasilannya. Tetapi anak saya tidak saya kasih obat tidur seperti yang sekarang banyak diberitakan itu. Masa saya tega. Tetapi sekarang saya takut bawa anak, takut kena razia," tutur ibu dua anak itu.

Meskipun pernah ditangkap beberapa kali oleh petugas satuan polisi pamong praja (Satpol PP), Widya dan Angga tidak kapok. Mereka mengaku sulit mendapat pekerjaan karena berpendidikan rendah.

"Sebenarnya kami kalau ditangkap itu harus nebus sekitar Rp400.000 sampai Rp700.000 biar bisa keluar dari panti. Mau enggak mau, karena kalau di sana kami dapat uang darimana," kata Angga.

"Saya punya SIM untuk motor dan mobil tapi suka susah dapat kerja karena tidak ada ijazah. Harapannya kalau memang Pak Ahok mau hapus 3-in-1, kami dikasih kerjaan, jangan dibiarkan begitu saja," tambahnya.

Angga berharap agar Ahok memberikan solusi bagi para joki yang akan kehilangan pekerjaan saat kawasan 3-in1 dihapus.

"Jumlah joki itu tidak sedikit, ada ratusan. Kalau 3-in-1 dihapus, pengangguran akan banyak, penjahat juga banyak," ujar Angga yang menjadi joki karena mengikuti jejak orang tuanya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016