Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berpesan agar para kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) jangan menghabiskan energi dan ribut untuk sesuatu yang tidak produktif.

"Jangan habiskan energi untuk perdebatan yang tidak produktif, jangan habiskan energi untuk ribut yang tidak produktif, jangan habiskan energi untuk gesekan dan konflik yang tidak produktif," kata Presiden Jokowi saat akan membuka Muktamar VIII Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat.

Presiden menyampaikan sejumlah pesan islah dalam muktamar yang mengambil tema Satu PPP untuk Indonesia yang Mandiri, Berdaulat, dan Berkepribadian.

Pada kesempatan itu, Presiden berharap agar dilakukan islah antara dua kubu yang berkonflik dalam internal PPP.

"Habis Muktamar saya berharap sudah tidak ada lagi yang pergi ke Kementerian Hukum dan HAM," katanya.

Ia berharap setelah mukmatar tersebut, PPP datang ke Istana untuk memperkenalkan pengurus barunya dari hasil mukmatar islah itu.

Menurut Presiden saat ini adalah era kompetisi atau persaingan namun bukan kompetisi antarindividu atau kelompok atau partai melainkan persaingan antarnegara yang harus dihadapi bersama-sama.

"Kalau bersaing politik maaf sekali cukup. Saya dengan Pak Prabowo baik-baik saja. Saya ke rumahnya, Pak Prabowo ke Istana, enggak apa-apa. Sekali lagi cukup jangan habiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif," katanya.

Pada kesempatan itu secara jujur Presiden mengatakan alasan kehadirannya dalam acara itu tidak lain karena mengagendakan islah antara dua kubu yang berkonflik.

"Kenapa saya hadir dalam Muktamar PPP sore hari ini, yang pertama karena Pak Kyai rawuh, hadir, datang. Yang kedua saya baca undangan saya teliti yang menandatangani Bapak DR Suryadharma Ali, Sekjennya Pak Romy, artinya ini islah bener. Jadi saya datang pada sore hari ini," katanya.

Muktamar VIII PPP itu digelar pada 8-11 April 2016 dan dihadiri oleh sekitar 1.670 kader partai dari seluruh Indonesia.

Presiden secara resmi membuka mukmatar PPP yang diharapkan menjadi instrumen islah bagi kedua kubu yang berkonflik di PPP.

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016