Banjarmasin (ANTARA News) - Seorang praktisi kelistrikan di Indonesia, Heru Subagio, menyebutkan saat ini terjadi kerugian daya listrik secara nasional mencapai 11,3 persen. "Kerugian daya listrik akibat ketidakmengertian masyarakat dalam pemanfaatan peralatan listrik," kata Heru Subagio yang juga Ketua Assosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI) Jawa Timur, saat berada di Banjarmasin, Minggu, sebagai pembicara dan nara sumber pada sosialisasi pemakaian peralatan listrik secara baik dan benar di Balai Kota Banjarnasin, Senin (12/3). Menurut Heru yang juga salah seorang Ketua Asosiasi Profesionalisme Elektrikal Indonesia (APEI) mengakui akibat pemakaian listrik yang tidak benar, akhirnya Indonesia dikenal sebagai pemakai tenaga listrik yang tidak efisien. Padahal seandainya kerugian daya listrik itu bisa ditekan, maka kekurangan listrik yang selama ini dikeluhkan juga sedikit bisa ditanggulangi, karena dengan pemakaian lebih efisien maka banyak daya listrik bisa dinikmati masyarakat lain yang belum bisa menikmati aliran listrik itu. Berdasarkan perhitungannya, satu persen saja daya listrik itu bisa ditekan, maka aliran listrik bisa mencapai 250 juta watt, sehingga bisa dihitung seandainya tidak sampai mengalami kerugian 11,3 persen itu berarti ada berapa juta watt listrik yang masih bisa dimanfaatkan. Dia berpendapat tidak ada pilihan lain bagi masyarakat Indonesia untuk menyelamatkan jutaan watt listrik yang terbuang adalah dengan pemanfaatkan aliran listrik yang baik dan yang benar. Sebagai contoh kecil saja, bila anggota masyarakat menggunakan kabel listrik yang tidak standar, sehingga kabel itu terkelupas dan terjadi konsliting. maka daya listrik sudah terbuang percuma, dan kasus semacam itu begitu banyak melanda di rumah tangga maka sudah bisa dibayangkan berapa kerugian daya lisrik hanya karena kabel yang kurang baik. Sementara peralatan listrik itu bukan hanya kabel, tetapi aneka peralatan lain seperti saklar dan sebagainya termasuk barang elektronik dan peralatan dapur yang menggunakan listrik. Bila pemanfaatan alat-alat listrik itu tidak baik, maka akhirnya berdampak pada jumlah pemakaian, sehingga dampak langsung akan menaikkan tarif listrik yang harus dibayar akhirnya merugikan sekali. Kerugian itu baru pada peralatan yang kurang baik, apalagi kalau banyak ditemukan pencurian listrik dengan cara mencantol aliran listrik ke kabel induk tanpa melalui kotak listrik seringkali terjadi yang kesemuanya itu selain membahayakan juga pemborosan. Begitu juga pemakaian lampu jalanan yang secara berlebihan, serta lampu-lampu penerangan yang tidak perlu turut memberikan andil bagi pemborosan daya listrik, padahal hampir sebagian besar Indonesia termasuk Banjarmasin adalah wilayah yang dikatagorikan krisis listrik. Mengenai adanya sosialisai pemahanan pemakaian alat listrik di Banjarmasin, ia sendiri menyambut gembira inisiatif Pemko Banjarmasin menggelar sosialisasi itu. Diharapkannya wilayah ini akan bisa menjadi pilot proyek bagi pemahaman pemakaian alat listrik yang baik dan benar ini, khususnya wilayah Kalimantan. (*)

Copyright © ANTARA 2007