Gorontalo (ANTARA News) - Secara keseluruhan kualitas lingkungan hidup di Indonesia kian merosot, menyusul terjadinya berbagai kerusakan, bencana alam, dan pergeseran musim, kata Sekretaris Menteri Negara (Sesmen) Lingkungan Hidup (LH), Arief Yuwono. Dewasa ini laju pencemaran dan tingkat kerusakan lingkungan meningkat, sehingga kualitas secara otomatis menurun dan mempengaruhi kesehatan masyarakat, ujarnya dalam rapat koordinasi regional se-Sulawesi, Maluku dan Papua tentang "Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2007", di Gorontalo, Kamis. "Belum lagi ada bencana seperti banjir, longsor dan kekeringan," katanya. Ia mengemukakan, pada tingkat global telah terjadi perubahan iklim dunia, yang menyebabkan adanya pergeseran musim hujan dan kemarau, bencana banjir hampir di berbagai belahan bumi serta El Nino yang menjadi penyebab kemarau panjang. Tak hanya itu, kata dia, masalah lingkungan, seperti pencemaran air, udara, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS), hutan hujan tropika, ekosistem danau dan pesisir laut, semakin mengancam kehidupan masyarakat. "Berdasarkan hasil survei KLH tahun 2006, dari 5.037 responden hanya sekitar 13,82 persen yang mengungkapkan bahwa kondisi kualitas sungai di sekitar mereka bersih," ujarnya. Ia menambahkan, survei tersebut dilakukan di 22 kota dan 41 kabupaten, dari 32 propinsi di Indonesia. Menurut dia, hal yang sama juga terjadi dengan kondisi kualitas udara dan keberishan kota, sedangkan persepsi public terhadap program lingkungan hidup sangat kecil. "Program lingkungan hidup yang paling banyak dikenal oleh separuh responden hanya Adipura dan selebihnya menjawab tidak tahu," ujarnya. Padahal, saat ini program lingkungan hidup cukup banyak, seperti pemantauan kualitas dan tata lingkungan, pengkajian AMDAL, Langit Biru, Prokasih/Superkasih, Menuju Indonesia Hijau, pengendalian kerusakan panati dan laut, kebakaran hutan serta penegakan hukum, katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007