Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Australia untuk Indonesia, Bill Farmer menyampaikan penghargaan mendalam dan rasa terimakasih atas pesan belasungkawa, yang disampaikan Presiden Yudhoyono kepada Australia terkait musibah pesawat Garuda GA-200, yang terbakar di bandar udara Adi Sucipto, Yogyakarta, Rabu (7/3). "Atas nama Kedutaanbesar Australia, saya menyampaikan penghargaan terdalam atas simpati, yang kami terima menyusul meninggalnya rekan kerja kami di Yogjakarta. Seluruh masyarakat Australia merasa terobati dengan pesan dari Bapak Presiden," katanya di Jakarta hari Kamis. Farmer mengungkapkan, selama masa sulit saat evakuasi dan identifikasi berjalan, pihaknya memperoleh berbagai bentuk kerjasama dari pihak berwenang di Indonesia. Demikian pula halnya ketika tim dari Australia dan Indonesia bekerjasama dalam upaya tersebut. "Kami sangat menghargai dukungan dari Indonesia, termasuk kepolisian, Departemen Luar Negeri, Bappenas, imigrasi, bea cukai dan karantina, Departemen Kesehatan, TNI, dan Departemen Perhubungan," katanya. Selain kepada Presiden Yudhoyono, Kedutaanbesar Australia juga menyampaikan terimakasih kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, pemerintah setempat, dokter, serta masyarakat Yogjakarta. "Kejadian itu kembali mengingatkan kita bagaimana rakyat Australia dan Indonesia saling mendukung pada masa sulit," kata Farmer. Lima warga Australia tewas dalam musibah Garuda GA-200. Mereka adalah Allison Sudradjat (Minister Counsellor AusAID, Kedutaanbesar Australia), Brice Steel (Manager Australian Federal Police, Kedutaanbesar Australia), Mark Scott (Team Leader Regional Engagement Team, Kedutaanbesar Australia), dan Morgan Mellish (Wartawan "Australian Financial Review"). Beberapa saat setelah pesawat itu terbakar, Australia mengirimkan satuan Pengenalan Korban Bencana Kepolisian Negara Australia untuk bekerjasama dengan satuan forensik Polri melakukan evakuasi dan identifikasi jenazah. Pada Selasa, 13 Maret, lima jenazah korban itu diterbangkan ke Australia dari Yogjakarta setelah melalui upacara khusus di rumahsakit umum Dr Sardjito. Sehari setelahnya, ahli forensik dari Australia itu menyusul meninggalkan Yogyakarta seiring dengan masa tugas mereka berakhir.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007