Colombo (ANTARA News) - Sekitar 150 orang dikhawatirkan meninggal setelah hujan deras lebih tiga hari menyebabkan dua tanah longsor di Sri Lanka tengah, kata sejumlah pejabat pada Rabu sementara para penyelamat menghentikan pekerjaan setelah mereka menemukan lebih 10 jasad.

Hujan telah memaksa lebih 223.000 orang meninggalkan rumah-rumah mereka di seantero negara Asia Selatan itu, demikian data resmi paling akhir. Sebanyak 17 jasad telah ditemukan, sehingga jumlah korban yang meninggal naik jadi 37 orang, walaupun angka itu mungkin bisa naik tajam, lapor Reuters.

Tim penyelamat telah menitikberatkan usaha-usaha pencarian di kota Aranayaka, 100 km sebelah timurlaut Colombo, ibu kota Sri Lanka, tempat tiga desa terkubur Selasa malam di distrik Kegalle, di bagian tengah negara itu.

"Hingga pukul 18 (waktu setempat), 134 orang masih hilang dan 14 jasad ditemukan sejauh ini dari tanah longsor di Aranayaka," kata Mayor Jenderal Sudantha Ranasinghe, perwira senior yang bertanggung jawab atas operasi penyelamatan kepada kantor berita Reuters.

"Kami menghentikan operasi hari ini karena sudah gelap dan operasi akan dilanjutkan selama 20 jam. Kami akan mulai lagi besok pagi."

Lebih dari 350 orang diselamatkan selama operasi-operasi di kawasan-kawasan yang terkena tanah longsor Rabu pagi, kata para pejabat.

Seorang pejabat Palang Merah yang menghadiri pertemuan untuk menangani bencana di lokasi tanah longsor Aranayaka mengatakan sebelumnya dikhawatirkan jumlah korban tewas akan jadi "sekitar 300-400."

Polisi mengatakan tanah longsor lainnya di Bulathkopitiya, juga di distrik Kagalle, telah mengubur sedikitnya 16 orang. Baru tiga jasad ditemukan dari lokasi itu. Di distrik Kagalle sendiri, 20 orang meninggal, menurut data pusat manajemen bencana.
(Uu.M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016