Semarang (ANTARA News) - Penembakan yang mengakibatkan meninggalnya, Waka Polwiltabes Semarang AKBP Lilik Purwanto tetap akan direkonstruksi, kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Dody Sumantyawan. "Rekonstruksi tetap dilakukan, persoalan waktunya kapan, itu nanti. Yang jelas tetap dilakukan," katanya di Semarang, Jumat. Kronoligis kejadian tersebut, menurut dia, hari Rabu (14/3) pukul 07.30 WIB ada apel di Polwiltabes Semarang termasuk Waka Polwiltabes AKBP Lilik Purwanto. "Saat itu saya dan Kapolwiltabes Semarang sedang ada acara di Unnes Semarang," katanya. Kemudian, lanjut dia, berdasarkan petugas jaga, Briptu Hance datang dan langsung ke ruangan P3D (Pelayanan, Pengaduan, dan Penegakkan Disiplin), terus ke lantai II dengan menyandera Aiptu Titik Sumaryati ke ruang kerja Waka Polwiltabes AKBP Lilik Purwanto. Setelah itu di ruang yang dikunci, kata dia, terjadi keributan kemudian terdengar suara tembakan sehingga staf yang ada di lantai I Mapolwiltabes Semarang naik ke atas. Briptu Hance, kata dia, dibujuk rekan-rekannya dan seniornya, dan pejabat yang lain, tetapi tidak berhasil dan justru ada tembakan bertubi-tubi. Mengingat di dalam ada sandera, akhirnya Briptu Hance diambil tindakan. Kemudian, pintu di dobrak oleh petugas dan ternyata terlihat kaki Waka Polwiltabes tergeletak di bawah meja kerjanya, sedangkan pelaku masih berdiri di belakang pintu masuk ruangan tersebut. "Hance kemudian dipeluk Komandan Gegana dan ternyata sudah ada luka tembak di dadanya," katanya. Sementara itu Jumat dilakukan rekonstruksi yang dilakukan oleh Tim Labfor Mabes Polri Cabang Semarang yang dipimpin AKBP Rini AST. AKBP Rini mengatakan, rekonstruksi ini ada dua, yaitu rekonstruksi terhadap kejadian dan uji balistik. Ia mengatakan, rekonstruksi ini dalam rangka menyempurnakan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara). "Kita ulangi lagi untuk penyempurnaan olah TKP," katanya menegaskan. Ia mengatakan, pihaknya tidak bisa berbicara lebih jauh lagi soal ini karena belum dilaporkan kepada atasannya. Sementara dr, Jarnoto dari Rumah Sakit Bhayangkara Semarang yang menangani Aiptu Titik Sumaryati, mengatakan, pasien mengalami gangguan atas stigma kejiwaan akibat kejadian tersebut, tetapi kondisinya sudah membaik. Ia mengatakan, untuk memulihkan kondisi pasien perlu beberapa waktu dan ketenangan agar pasien tidak mengingat lagi peristiwa tersebut. "Kami belum bisa memberi perkembangan secara detail tentang perkembangan pasien karena menyangkut kepentingan pribadi pasien sendiri," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007