Semarang (ANTARA News) - Pengurus Pusat PSSI meminta kepada pemerintah melalui Wakil Presiden untuk mencanangkan kebangkitan sepak bola nasional. Ketua Umum PP PSSI, Nurdin Halid ketika melantik kepengurusan Pengda PSSI Jateng periode 2007-2011 di Semarang, Sabtu, mengatakan, pencanangan tersebut akan dilakukan April 2007. Ia mengatakan, secara visi dan konsepsional kebangkitan sepak bola nasional itu ditandai dengan berdirinya empat pilar di tubuh PSSI yang akan mengelola sepak bola menjadi industri bola. Keempat pilar tersebut, menurut dia, Badan Liga Indonesia (BLI) yang menyelenggarakan kompetisi yang profesional. Di sini ada dua kompetisi yang menjadi tanggung jawab BLI, yaitu Super Liga yang digelar tahun 2008 dan Divisi Utama yang sekarang ini sedang berjalan. Pilar yang kedua Badan Liga Amatir (BLA) yang menyelenggarakan kompetisi sepak bola amatir meliputi Divisi I, II, dan kelompok umur, serta sepak bola wanita. Divisi II PSSI, menurut dia, statusnya adalah amatir tetapi pemainnya profesional karena merupakan masa transisi dari amatir menuju ke profesional atau Divisi Utama. Kemudian pilar ketiga adalah Badan Futsal Indonesia, mengingat cabang sepak bola ini diminati remaja dan sekarang ini PSSI sedang melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Pilar terakhir adalah Badan Timnas, yaitu untuk membentuk tim nasional yang profesional. "Dari keempat pilar tersebut, baru dua pilar yang sudah berjalan yaitu BLI dan BLA," katanya. Ia mengatakan, keempat pilar ini merupakan pondasi yang kuat untuk menjadikan sepak bola nasional menjadi industri bola tahun 2020. Pada kesempatan itu Nurdin Halid juga menyinggung soal pemanfaatan dana APBD oleh klub-klub yang berlaga pada Divisi Utama, Divisi I, dan II PSSI yang sempat menjadi polemik. Ia mengatakan, ada anggapan kalau sebuah klub menggunakan dana APBD maka tidak mungkin sepak bola nasional menjadi industri sepak bola, kemudian bupati/wali kota seakan-akan menganaktirikan cabang sepak bola dibanding cabang olahraga lainnya. "Sebenarnya hal itu tidak perlu iri karena cabang sepak bola penontonnya banyak. Coba saja, kalau ada kejuaraan senam maupun bowling, penontonnya hanya beberapa orang saja," katanya. Kemudian, kata dia, seorang wali kota (Sukawi Sutarip adalah Wali Kota Semarang) mengeluarkan dana APBD untuk membangun jalan tol. "Yang bisa menikmati jalan tol adalah masyarakat yang memiliki mobil, karena kendaraan roda dua tidak boleh lewat. Lantas, kapan rakyat kecil bisa menikmati dana APBD," katanya. Ia menambahkan, kalau bergantung sepenuhnya kepada dana APBD memang sepak bola tidak bisa profesional, tetapi mulai tahun 2008 ada kebijakan baru soal pendanaan klub. Artinya, kata dia, klub-klub sepak bola diberi kebebasan untuk mencari sponsor sendiri sehingga dana dari APBD ini hanya sebagai pelengkap. "Jadi tahun depan, setiap klub bisa mencari sponsor sendiri di luar dana dari APBD," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007