Sidoarjo (ANTARA News) - Semburan lumpur panas dari proyek PT Lapindo Brantas Inc. di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, dilaporkan sempat berhenti selama 30 menit dimulai sekira pukul 12:00 WIB. "Tapi, sekitar pukul 12.30 WIB semburan kembali muncul lagi. Kami belum tahu apa fenomena ini. Apakah sebagai dampak positif dari insersi bola-bola beton atau fenomena alam lain," kata Juru Bicara Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Panas (Timnas PSLP), Rudi Novrianto, ketika dikonfirmasi. Para pekerja yang sedang memperbaiki tanggul cincin di sekitar pusat semburan sempat kaget dengan peristiwa tak terduga itu. Ia menjelaskan, saat fenomena itu terjadi, semburan yang biasanya disertai gelombang lumpur di kawah berhenti total, hanya asap putih saja yang ada, sementara gelombang lumpur yang setiap keluar dari perut bumi itu berhenti. Menurut dia, hingga saat ini pekerjaan yang dilakukan Timnas PSLP adalah terfokus membuat kanal dari titik semburan menuju spill way dan perbaikan tanggul cincin. Sejauh ini pembuatan kanal lumpur itu tinggal mencapai 40 persen. "Kami terus mengebut untuk menyelesaikan tanggul kanal dari titik semburan ke kali Porong. Paling tidak akhir bulan ini harus sudah selesai," ujarnya. Sementara itu, Timnas PSLP sejak Sabtu (16/3) menghentikan kegiatan memasukkan (insersi) bola-bola beton (bolton) ke pusat semburan lumpur, karena pihak PT Wika Beton dan PT PPI sebagai pabrik pembuat bola-bola beton belum siap. Menurut Rudi, tidak siapnya bola-bola beton itu, karena zat kimia ponzolan yang dipakai untuk melapisi bola beton agar tidak korosi belum ada. "Kami kemarin sudah pesan bola beton yang ada lapisan ponzolannya. Mereka sanggup untuk mencetaknya. Tapi sampai sekarang bola itu belum jadi alasannya zat kimianya tidak ada, sehingga terpaksa insersi berhenti," katanya. Namun demikian, lanjut duam pihaknya tetap meminta bola beton yang biasa (tanpa ponzolan) tetap dimasukkan (insersi) ke pusat semburan. Menyinggung rumor bahwa kegiatan insersi bola beton itu berhenti, karena tidak ada dananya, Rudi membantah keras. "Soal dana tidak menjadi masalah. 500 untai bola beton yang kami siapkan sudah dibayar. Tidak benar kalau bola beton itu tidak ada dananya, karena dana yang dianggarkan Lapindo 1,3 triliun itu masih tersisa kurang lebih Rp400 miliar. Sementara kami untuk mencetak 500 untai hanya butuh dana paling kurang dari Rp 500 juta," ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007