Dengan skuad yang rata-rata berusia 26 tahun, timnas Inggris menjadi skuad yang dihuni oleh para pemain termuda selama penyelenggaraan Piala Eropa, sebagaimana dikutip dari laman GivemeSport.
Kesediaan dan keterbukaan hati manajer timnas Inggris Roy Hodgson memberi kepercayaan kepada para pemain muda di laga babak penyisihan perlu mendapat acungan jempol. Diharapkan langkah ini dapat terus diterapkan dalam laga Piala Eropa.
Penampilan ciamik Dele Alli dan John Stones mewarnai kebangkitan para pasukan muda Inggris. Perrforma kedua pemain itu diharapkan terus bersinar di timnas Inggris selama melakoni laga Piala Eropa.
Semangat dan antusiasme para pemain muda menunjukkan etik kerja yang mengandalkan kebersamaan. Ini membuat Hodgson makin fleksibel dalam menerapkan berbagai formasi dan taktik bermain.
Alasan kedua, Inggris dihuni oleh sederet striker yang siap tempur. Ini berlawanan dengan masa kelam yang mewarnai sepak bola Inggris, karena mengalami "krisis striker" dalam beberapa generasi.
Sosok Michael Owen dan Jermaine Defoe demikian meninggalkan kesan mendalam bagi publik sepak bola Inggris, meski mereka gagal mengukir prestasi harum di kancah imternasional.
Inggris boleh berbangga, karena memiliki striker-striker bertalenta dengan corak penampilan yang berbeda. Harry Kane menjadi orang Inggris pertama yang meraih penghargaan Seaptu Emas sejak Kevin Phillips pada musim 1999/2000.
Duet Kane dan Jamie Vardy mengoleksi total gol sebanyak 49 gol selama kompetisi. Ini ditambah dengan kiprah Daniel Sturridge dan pemain muda Marcus Rashford. Kombinasi striker ini bakal menjadi mimpi buruk bagi lawan.
Alasan ketiga, Wayne Rooney menjadi kapten tim yang memiliki segudang pengalaman. Pemain ini relatif matang ketika turun membela Manchester United bahkan siap membawa aura positif di timnas Inggris.
Penerjemah: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
