Markas Besar PBB, New York (ANTARA News) - Indonesia menyatakan kekhawatirannya terhadap meningkatnya perlawanan pasukan pemberontak terhadap pemerintah Afghanistan yang dilihat dapat membahayakan perdamaian, stabilitas dan pembangunan ekonomi di negara tersebut. "Kami prihatin terhadap konsekuensi berbahaya yang ditimbulkan kegiatan pemberontakan terhadap kemampuan Pemerintah (Afghanistan) untuk memberikan keamanan dan pelayanan dasar bagi rakyat Afghanistan dan untuk menjaga kebebasan dan hak-hak dasar mereka," kata Wakil Tetap RI (Watapri) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rezlan Ishar Jenie, dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang berlangsung di Markas Besar PBB, New York, Selasa. Sidang yang membahas situasi di Afghanistan tersebut dipimpin oleh ketua DK-PBB bulan Maret --Duta Besar Dumisani S. Kumalo dari Afrika Selatan, dan dihadiri oleh 15 negara anggota DK-PBB --termasuk Indonesia-- serta sejumlah negara lainnya yang tertarik dengan isu Afghanistan. Para peserta sidang dalam kesempatan tersebut sebelumnya mendengarkan laporan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon soal situasi di Afghanistan dan dampaknya terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Dubes Rezlan mengatakan bahwa langkah-langkah yang melibatkan kepentingan umum, seperti rekonsiliasi, pengambilan keputusan dan proses politik yang melibatkan semua pihak merupakan kebutuhan mendesak bagi pencapai perdamaian berkelanjutan di Afghanistan. Indonesia juga menyatakan pentingnya pelaksanaan program kesatuan nasional, termasuk di kampung-kampung, seperti yang saat ini sedang berupaya dimajukan oleh Pemerintah Afghanistan. "Mudah-mudahan program tersebut dapat meningkatkan rasa memiliki --melalui kontribusi partisipatif serta keterlibatan semua pihak di semua kalangan masyarakat Afghanistan," kata Rezlan. Seperti yang dilaporkan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, masalah keamanan saat ini memang merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Afghanistan. Mengutip data International Security Assistance Force (ISAF), kekerasan yang berkaitan dengan pemberontakan di Afghanistan antara Oktober 2006 hingga Januari 2007 diperkirakan telah menewaskan 134 warga sipil. Laporan Sekjen PBB juga menyimpulkan adanya peningkatan yang signifikan dalam hal taktik dan pelatihan penyerangan oleh para pemberontak. Kesepakatan damai yang tercapai pada 5 September 2006 antara Pakistan dengan kelompok Taliban di Waziristan Utara, dilihat tidak dapat mencegah wilayah tersebut sebagai basis serangan terhadap Afghanistan. Soal serangan bunuh diri di Afghanistan, Sekjen Ban Ki-moon mencatat sudah 77 insiden serangan yang terjadi. Angka tersebut merupakan peningkatan, yaitu 53 insiden dalam enam bulan terakhir. Di wilayah bagian utara Afghanistan, kekerasan antar faksi serta kriminalitas juga dilaporkan terus menjadi tantangan besar bagi pihak berwenang Pemerintah Afghanistan serta menimbulkan bahaya kepada masyarakat internasional yang memberikan bantuan. Melalui laporannya, Sekjen PBB juga merekomendasikan agar tugas misi bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) yang akan berakhir pada 24 Maret 2007 diperpanjang untuk 12 bulan ke depan. Indonesia dan sejumlah negara lain telah menyatakan persetujuannya bagi perpanjangan mandat UNAMA. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007