Jakarta (ANTARA News) - Lembaga penelitian dan pengembangan di Indonesia dinilai masih kurang mendapat perhatian, yang terbukti dari masih kecilnya alokasi anggaran untuk lembaga tersebut.

"Litbang kurang perhatian. Berapa anggaran litbang kita di Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN), hanya 0,09 persen dari APBN. Masih sangat kecil," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar di Jakarta, Jumat.

Haris memperkirakan, alokasi anggaran tersebut bisa jadi yang paling kecil di antara negara-negara ASEAN lainnya.

"Singapura itu besar. Kalau Israel saja 4 persen dari Growth Domestic Product (GDP). Hampir semua negara anggaran (litbang)-nya besar. Bahkan mereka ada pengurangan pajak seperti double reduction dan super reduction," ungkap Haris.

Menurut Haris, lembaga litbang sangatlah penting untuk meningkatkan daya saing berbagai potensi yang ada di Indonesia.

Dibidang industri, Haris menyampaikan bahwa lembaga litbang mampu mendongkrak daya saing industri nasional untuk menghadapi berbagai tantangan perdagangan bebas dengan negara lain.

"Di Kemenperin itu litbang kami mengkaji soal anti dumping, tarif, kebijakan-kebijakan, yang nantinya berdampak besar terhadap industri," ujarnya.

Tidak hanya industri besar, hasil litbang yang dikaji balai-balai Kemenperin juga memberikan inovasi terhadap Industri Kecil Menengah (IKM) melalui penelitian dan pengembangan produk.

Di Payah Kumbuh, Sumatera Barat, tambahnya, balai Kemenperin meneliti zat pewarna dari buah gambir, yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat.

"Selain itu, ada juga penelitian terhadap zat pewarna dari buah naga yang bisa digunakan untuk bahan baku kosmetika," pungkasnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016