Surabaya (ANTARA News) - Dinas Pendidikan (Disdik) Surabaya telah menurunkan nilai "passing grade" untuk sekolah kawasan dari nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang sebelumnya 85 menjadi 75 untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik.

"Kami putuskan mengurangi passing grade UN sekolah kawasan menjadi 75 tanpa melihat nilai setiap pelajaran, meskipun awal rata-rata UN 85 dengan nilai minimal tiap pelajaran 75," kata Disdik Surabaya, Ikhsan di Surabaya, Senin.

Ia mengatakan ada 7.554 siswa yang nilainya memenuhi "passing grade" ini dengan nilai diatas 75, sedangkan kuota untuk sekolah kawasan yaitu 4.256 siswa guna memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik.

"Selain itu, kami juga merumuskan ulang persentase Tes Potensi Akademik (TPA) dan ujian sekolah, karena itu formulasi tahun ini yakni 50 persen mengambil nilai UNBK, sisanya 50 persen dari TPA," tuturnya.

Dalam diskusi dengan kepala sekolah kawasan, tim Tes Potensi Akademik, Anggota DPRD dan dewan pendidikan Surabaya, ia menambahkan perubahan persentase ini, bentuk apresiasi terhadap integritas 100 persen nilai UN.

"Jika memperhitungkan keketatannya, keketatan yang ditetapkan Dindik cukup tinggi yaitu 1:2. Keketatan yang ditetapkan saat ini sudah sesuai dengan berbagai pertimbangan yang ada," ujarnya.

Disdik Surabaya berharap orang tua dan anak benar-benar menyiapkan pilihan mereka. Sekolah tertentu keketatannya bisa 1:5, namun ada juga yang longgar, sehingga banyak pertimbangan untuk pemilihannya.

"Misalnya, orang tua atau anak bisa mempertimbangkan jarak tempuh sekolah dengan rumah agar lebih mudah dalam transportasi dan beragam faktor lainnya, sehingga pagu sekolah kawasan akan terpenuhi dengan merata," imbuhnya.

Terkait adanya TPA dari Tim Psikologi Unair, Dimas Aryo menjelaskan TPA ini merupakan tahap penyaringan lanjutan pada siswa yang masuk sekolah kawasan, apalagi sekolah kawasan merupakan sekolah percontohan.

"Sekolah kawasan bisa dibilang sekolah rujukan dan sekolah percontohan, sehingga siswanya diharapkan bisa jadi contoh bagi akademik siswa lainnya," terangnya.

Menurutnya, TPA bukannya meragukan integritas yang telah diperoleh 100 persen, namun lebih pada pemetaan siswa untuk mengukur kemampuan belajar siswa.

"TPA ini murni logika belajar siswa, tidak perlu latihan soal menggunakan soal TPA PNS atau SBMPTN karena soalnya berbeda, ini murni tim penyusun soal membuat naskah yang tidak mengandung ilmu pengetahuan," jelasnya.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Agustin Poliana menambahkan "passing grade" sekolah kawasan yang turun bukan merupakan bentuk penilaian prestasi siswa, melainkan adaptasi kemampuan rata-rata tiap siswa.

Pewarta: Indra/Laily
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016