Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha kecil yang termasuk dalam Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengaku pesimistis perbankan bersedia mempermudah menyalurkan kredit ke mereka. "Saya masih tidak percaya perbankan akan mudah mengucurkan kredit terutama pada usaha kecil," kata pengusaha Warnet, Debby Suhanda, di Bekasi, Jabar, Jumat. Debby mengaku pernah dua kali mengajukan kredit pada dua bank yang berbeda untuk mendirikan dan mengembangkan usaha warnet yang sedang ia jalankan, dan dua kali pula pengajuan kreditnya ditolak oleh bank. Dia mengatakan alasan bank menolak memberikan kredit saat itu karena ia tidak memiliki agunan. Sementara itu, bank menginginkan paling tidak ia memiliki bangunan, bisa rumah atau ruko untuk dijadikan agunan. "Kalau hanya tanah saja bank masih sulit menyetujui kredit. Harus ada bangunannya," ujar Debby. Debby yang usianya belum menginjak 30 tahun tersebut mengaku telah mengeluarkan uang sebesar Rp80 juta sebagai modal untuk memulai usaha warnetnya. Hingga saat ini, Debby mengaku, hanya memiliki satu warnet dan berencana untuk membuka satu warnet lagi di kawasan Bekasi Utara. Dia mengaku enggan mengajukan kredit ke bank untuk pengembangan usahanya tersebut dan lebih senang menyisihkan uang sebagai modal untuk membuka warnet baru. "Bukannya saya tidak butuh modal, tetapi saya masih trauma untuk mengajukan kredit ke perbankan," ujar dia. Sementara itu, Priyanto dari PT Putra Dharmawan Utami mengatakan, usaha travel Dharmawan yang dikelolanya sudah berdiri sejak 2001 dengan bantuan kredit dari perbankan pada awalnya. Sedikit berbeda dengan Debby, Priyanto mengatakan, kredit untuk memulai usaha travel tersebut berhasil didapat dari perbankan karena ia memiliki agunan berupa bangunan ruko.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007