Jakarta (ANTARA News) - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung di DKI Jakarta Agustus 2007 mendatang merupakan proses pembelajaran politik yang harus dijalankan secara sehat dan dewasa, sebab untuk mewujudkan demokrasi diperlukan pemikiran yang konstruktif dari elit politik maupun masyarakatnya. "Terbentuknya koalisi bersama yang mendukung Fauzi Bowo, itu bukan suatu pengeroyokan. Tapi, murni karena solidaritas kepentingan yang sama," kata Pengamat Politik Ryas Rasyid di Jakarta, Rabu. Sikap politik dari masing-masing partai yang mendukung Fauzi Bowo, menurut Rasyid, adalah suatu kenyataan yang harus disikapi secara dewasa. Artinya, jika terdapat perbedaan pendapat terhadap sebuah sikap politik partai politik tertentu harus dicerna sebagai sebuah kenyataan dalam proses demokrasi. "Bahwa nantinya terpaksa berhadapan dengan calon lain itu kan konsekuensi politik saja," katanya. Menanggapi wacana akan berkoalisinya partai-partai kecil untuk mengusung Sarwono Kusumaatmadja sebagai calon gubernur mendatang, Rasyid mengatakan, koalisi tersebut sangat tergangtung dari wujud koalisi antara Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). "Gerbong ketiga itu sangat ditentukan oleh gerbong PKB dan gerbong PAN bersatu dulu. Saya kira partai kecil tidak akan sepakat kalau mereka (PKB dan PAN-red) belum bersatu dulu. Partai kecil itu ibarat pelengkap saja," jelasnya. Bahkan, seandainya partai kecil yang saat ini mendukung Fauzi Bowo menarik dukungan dan beralih mendukung Sarwono Kusumaatmadja, tanpa tergabungnya PAN dan PKB dalam koalisi tersebut, maka akan sia-sia saja, kata Rasyid yang juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK). PDK sendiri, kata Rasyid, hingga kini tetap solid mendukung Fauzi Bowo. Keputusan ini dipastikan tidak akan berubah sampai pelaksanaan pilkada Agustus mendatang. "Dukungan PDK tidak berubah, karena dukungan kepada Pak Fauzi itu adalah sikap partai kami," katanya. Sikap politik PDK ini, lanjut Rasyid, didasarkan pada pertimbangan politik dan strategi untuk kepentingan pembangunan kota Jakarta ke depan. "Intinya dalam setiap pembangunan, masyarakat jangan jadi korban. Tapi, dijadikan sebagai obyek penikmat pembangunan itu. Nah kita butuh pemimpin yang seperti itu," ujarnya. "Bukan yang lain jelek. Tapi, menurut pertimbangan dari partai kami, latar belakang Pak Fauzi mumpuni dan sangat kredibel di bidangnya," katanya. Hal senada juga diungkapkan Ketua umum Partai Karya Peduli Bangsa (PDKB), R Hartono, yang disampaikan Ketua DPP PDKB, Tenny Liziya. Ia mengungkapkan, Gubernur DKI Jakarta ke depan harus berpihak kepada rakyat. Dia berharap pilkada mendatang akan menghasilkan pemimpin yang profesional di bidangnya, yaitu pemimpin yang mampu mengatur kota Jakarta ini, baik dari segi sosial, ekonomi, hukum, dan keamanannya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007