Makassar (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah tudingan bahwa Indonesia akan dikucilkan negara-negara Islam di Timur Tengah karena menyetujui resolusi PBB nomor 1747, yang terjadi justru semuanya merasa senang. "Negara-negara Timur Tengah tak ada yang keberatan dengan resolusi itu. Sebaliknya semuanya senang karena ini justru ada jalan untuk damai," kata Jusuf Kalla kepada wartawan di Makasar, Minggu. Menurut Wapres, dalam resolusi tersebut sanksi yang diberikan bukan kepada negara Iran, namun kepada perusahaan-perusahaan dan orang-orang Iran. Wapres menjelaskan sanksinya bahwa perusahaan ini tak boleh diberikan bantuan atau jenderal ini dan sebagainya. Mengenai resolusi PBB No 1747 ini, katanya, ada hal sangat menarik karena persepsi yang ada di Indonesia dengan pemerintah Indonesia menyetujui resolusi itu, maka ada persepsi negara-negara di Timur Tengah atau negara-negara Islam akan mengucil Indonesia. "Jadi lucu juga, ada pemimpin kita yang katakan negara-negara Islam akan kucilkan Indnesia. Itu tidak benar, justru mereka senang supaya tidak ada perlombaan nuklir di kawasan Timur Tengah," kata Wapres. Wapres juga menjelaskan bahwa dalam waktu yang bersamaan Indonesia juga sepakat bahw adi kawasan Timteng tersebut tidak ada lagi kegiatan pengayaan uranium untuk senjata termasuk untuk Israel. "Kita sepakat bahwa Israel tak boleh ada nuklir karena ini yang paling berbahaya," kata Wapres. Dalam KTT Liga Arab di Riyadh, dari 24 negara yang mengikuti KTT, hanya Indonesia yang membicarakan masalah nuklir, katanya. "Tidak ada satupun negara yang menyinggung soal nuklir, hanya saya (Indonesia) yang mencantumkannya dalam pidato tertulis," kata Wapres. Dari pembicaraan dengan beberapa pemimpin negara Liga Arab, tambahnya, justru negara-negara Arab itu mendukung adanya resolusi karena dengan resolusi masih ada waktu (60 hari) untuk berdamai. "Saya ngomong, justru mereka kawahtir kalau ada perlombaan nuklir di Timur Tengah," kata Wapres menjelaskan. Dengan demikian, tambahnya terjadi salah persepsi bahwa jika Indonesia menyetujui resolusi tersebut negara-negara Arab akan marah dan mengucilkan Indonesia "Orang (negara) Timur Tengah tidak ada satupun yang mempersoalkannya," Sementara mengenai kekhawatiran dengan adanya resolusi tersebut akan digunakan oleh Amerika Serikat untuk melakukan penyerbuan atau invasi militer, Wapres yakin hal itu tidak bisa dilakukan AS. "Amerika Serikat untuk satu perang di Irak saja mereka tak bisa maju tak bisa mundur, apalagi perang dengan Iran, dimana persenjataannya lebih canggih dari Irak. Dan Partai Demokrat sekarang yang menguasai Amerika Serikat, pasti tak mengijinkan," katanya. Bicara dengan Ahmadinejad Wapres menceritakan bahwa sebelum Indonesia memutuskan untuk menyetujui resolusi tersebut, telah terjadi pembicaraan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Iran Ahmadinejad. Menurut Wapres, sebelumnya Presiden Yudhoyono meminta pendapatnya mengenai soal isu nuklir Iran tersebut. "Presiden tanya kepada saya, langkah apa yang harus dilakukan (Indonesia). Saya katakan langkah terbaik bicarakan dengan Presiden Ahmadinejad," kata Wapres memberikan usulkan kepada Presiden Yudhoyono. Dan akhirnya saran itu dijalankan Presiden Yudhoyono dengan menghubungi Presiden Ahmadinejad. Wapres juga menjelaskan bahwa untuk mencapai sebuah kesepakatan damai, maka harus ada konsesi-konsesi. Untuk itu, tambahnya, Indonesia telah meminta Iran untuk mundur sebentar guna mencapai perdamaian tersebut. "Dan sebelumnya Iran telah berikan sinyal untuk mau mundur sedikit dan itu yang dipegang Presiden Yudhoyono, namun di detik-detik terakhir ternyata Iran tak mau mundur," kata Wapres. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007