Baghdad (ANTARA News) - Penyanyi kharismatik Irak, Shada Hassoon, menjadi bintang idola di tanah airnya yang dikoyak perang, Sabtu, sebagai simbol persatuan setelah memenangi "American Idol" versi Arab dalam final yang meriah di Beirut. Lahir dari seorang ayah Irak dan ibu Maroko, Shada lebih banyak tinggal di mancanegara yang jauh lebih menyenangkan ketimbang rekan senegaranya yang mengalami perang tiga tahun, sanksi dunia internasional, invasi pimpinan Amerika dan pemberontakan dan serangan bom bunuhdiri setiap hari. Sekalipun AS menjanjikan penggulingan Saddam Hussein akan membawa perdamaian dan demokrasi, Irak kini terhuyung-huyung akibat diguncang perang saudara antara penganut Syi'ah dan Sunni, mengalami pengangguran massal, kelangkaan pangan dan merosotnya kondisi kehidupan. Dalam tempo semalam, pesona Shada untuk sementara waktu melenyapkan rasa takut dan perpecahan, saat jutaan rakyat Irak dari segenap aliran dan etnis mengerumuni televisi untuk mendengarkan alunan suaranya dan memberikan dukungan lewat SMS kepadanya. Sebanyak tujuh juta pelanggan jaringan telpon mengirimkan SMS yang memberikan kemenangan kepadanya, dibandingkan dengan kiriman rata-rata tak lebih dari 150.000 SMS per hari, kata seorang pejabat perusahaan Iraqna. "Dia mengungguli politisi dan dikagumi banyak orang. Dia meraih 7 juta suara melalui pemungutan suara lewat telpon. Tak ada satupun politisi Irak yang mampu menyainginya dalam pemungutan suara," kata Alla Saber, seorang guru di Baghdad, seperti dikutip AFP. "Tujuh juta orang sepakat memilih dia. Jumlah tersebut belum pernah dicapai dalam hal lainnya," tambahnya. Rakyat di kawasan otonomi Kurdistan, Irak utara, satu-satunya kawasan yang cukup aman untuk menyaksikan show itu secara langsung pada layar raksasa, melompat-lompat kegirangan, berteriak dan mengibas-ngibaskan tangan mereka ke udara setelah kemenangan Shada diumumkan. Suku Kurdi merayakan kemenangannya hingga dini hari, sambil membawa foto bintang cantik pirang berusia 26 tahun itu dan membunyikan klakson saat mereka berkendaraan pulang seusai berpesta. "Dia telah memberikan kegembiran kepada setiap warga Irak di tanah air. Ini merupakan bukti bahwa politik memecah Irak, sebaliknya seni dan olahraga menyatukan mereka bersama," kata Bassam Abdul Ahad, seorang karyawan media berusia 28 tahun. Mimpi Shada Penampilan Shada membuat jantung seakan berhenti berdenyut saat dia melantunkan cover version lagu lama Fairus yang memuja masa-masa indah Irak sebelum dilanda perang dalam kompetisi Star Academy 4, sambil membungkus tubuhnya dengan bendera Irak dan berterima kasih kepada para penggemarnya. "Saya ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada mereka atas dukungan yang mereka berikan kepada saya, atas cinta mereka kepada saya karena saya dapat merasakannya," katanya kepada CNN, dengan perasaan gembira yang meluap dari studio televisi, tempat kontes itu berlangsung. Kemenangannya merupakan mimpinya yang terwujud bagi gadis penggemar ski dan pengagum aktor Antonio Banderas itu. "Saya dapat merasakan kegembiraaan dan senyum mereka yang mengembang, terutama dalam situasi yang mereka jalani sehari-hari. Itulah mengapa kemenangan ini merupakan mimpi saya untuk membuat mereka bahagia," tambah Shada. "Kami menyambut baik wanita ini, karena dia telah menjunjung tinggi nama Irak. Kami memmerlukan suara yang memopersatukan kami," tutur Sabah Ahmed, seorang politisi Islamis. Sekalipun kemenangan Shada telah menyentuh hati banyak rakyat Irak, tak terdengar letusan senjata di pusat kota Baghdad sebagai ungkapan kegembiraan, seperti di masa lalu ketika keperkasaan timnas sepakbola Irak mendominasi Asia dan Olimpiade. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007