Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai wacana "Full Day School" bisa memperkecil dampak buruk budaya negatif di luar dunia pendidikan pada siswa, asalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan sistem itu tidak membosankan bagi mereka.

"Saya setuju gagasan "Full Day School", karena memperkecil dampak negatif budaya negatif yang berkembang di luar dunia pendidikan. Tetapi harus segera diatasi kendala utama di sekolah, karena kalau tidak sekolah akan membosankan bagi siswa dan guru itu sendiri," ujar dia kepada ANTARA News melalui pesan singkatnya, Selasa.

Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan salah satunya ditunjang dengan kemampuan guru berkreasi saat mengajar. Dalam hal ini pihak sekolah harus bisa memberi ruang yang luas pada guru untuk berkreasi dan tak luput memberikan reward pada guru yang kreatif, inovatif dan berprestasi.

"Bisa memberi ruang yang luas dan diberi reward dan apresiasi terhadap guru yang kreatif-inovatif dan berprestasi," kata Fikri. 

Baca Juga : Ahli psikologi ungkap dampak buruk program kurikuler bagi anak

Selain itu, sarana dan prasana edukasi yang sesuai kurikulum perlu terpenuhi. Bila tidak, menurut Fikri, maka tak semua sekolah bisa dan perlu menerapkan "Full Day School".

"Bila sarana, prasarana belum dipenuhi untuk sekolah, berarti untuk melaksanakan sistem FDS ini perlu dipilih sekolah yang sudah siap lebih dulu, jangan paksakan semua sekolah harus menerapkannya," tutur Fikri.

Dalam penerapannya, pihak sekolah harus tetap memberi kesempatan bagi siswa tetap bersosialisasi dengan masyarakat.

Baca Juga : Mendikbud : sekolah harus jadi rumah kedua bagi anak

Wacana "Full Day School" belum lama ini mencuat dari pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Dia menegaskan wacana ini tak berarti siswa harus belajar sehari penuh. Siswa menjalani pembelajaran formal sampai setengah haru dan selanjutnya dapat diisi kegiatan ekstrakulikuler.

Fikri menilai "Full Day School" bisa menuntaskan target kurikulum sesuai tujuan pendidikan nasional.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016