Jakarta (ANTARA News) - Jika Jakarta memiliki Tanah Abang, Beijing punya Sanlitun Yashow (Yaxiu). Keduanya sama-sama pusat grosir sandang terbesar. Warga asing dan lokal yang gemar belanja dan maniak dengan harga "miring", Yashow adalah tempatnya. Asalkan pandai menawar, niscaya akan mendapat harga murah-meriah. Pasar yang terletak di jantung kota Metropolitan Beijing itu adalah pusat belanja modern yang berlokasi di Sanlitun. Letak Yashow, yang dibangun diatas lahan seluas 27.000 meter persegi itu, tak jauh dari kantor kedutaan besar negara-negara asing, termasuk Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Dari KBRI, Yashow hanya berjarak 2,5 km. Untuk memudahkan pelancong, pengelola gedung membagi enam lantai pusat grosir Yaslow menjadi sektor dengan barang komoditas berbeda. Lantai bawah tanah (B1) menjual aksesoris tas, sepatu, sandal. Lalu lantai 1 dan 2 menjual berbagai macam pakaian, jaket, jas, kaos, dasi, serta keperluan sandang lainnya. Untuk lantai 3 tersedia berbagai macam jenis pakaian dan kain yang umumnya terbuat dari sutera. Sedangkan lantai 4 menyediakan berbagai jenis perhiasan untuk wanita yang terbuat dari mutiara, emas, perak. Lantai 5 digunakan untuk "food court", yang menjual aneka makanan dan minuman. "Hampir semua warga asing yang datang ke Beijing pasti mampir ke Yashow, karena memang di situ tempat berbelanja," kata Gandhi, salah seorang WNI yang sedang menempuh program pascasarjana di Beijing. Menurut dia, jika ingin berbelanja ke pasar tersebut, modalnya adalah pandai-pandai menawar karena para pedagang di sini umumnya menawarkan harga sangat tinggi. Ia mengatakan, para pedagang umumnya sudah mengetahui bahwa pembeli asal Indonesia sangat pandai menawar, berbeda dengan orang asing lainnya yang menganggap bahwa harga yang ditawarkan dinilai sudah murah. Untuk membedakan pedagang dan pengunjung, pengelola gedung mewajibkan para pedagang di Pasar Yashow menggunakan seragam khusus. Pedagang menggunakan rompi berwarna ungu muda disamping memiliki kartu identitas yang dikalungkan di leher. Namun hati-hati, jika pengunjung hanya sekedar melihat-lihat lantas "iseng" menawar dan ternyata tidak jadi membeli, biasanya pedagang akan marah-marah. "Sebaiknya kalau tidak berminat jangan coba-coba menawar, karena kalau sudah ada kesepakatan harga ternyata kita tidak jadi beli maka si pedagang akan mengumpat, tentunya dengan bahasa Mandarin," kata Gandhi mengingatkan. Gedung yang bersih, tertata apik, dan memiliki pengatur suhu, membuat para pengunjung betah. Tidak sedikit wisatawan yang sudah datang, beberapa hari kemudian datang lagi untuk berbelanja. Qio Jiaoning, salah seorang pedagang pakaian, mengakui, pasar tersebut memang sudah sangat dikenal di kalangan orang asing. "Hampir setiap hari ada saja orang asing yang berbelanja di toko saya," katanya yang mengaku pernah tinggal di Indonesia dan bisa berahasa Indonesia walau terbata-bata. Ia mengatakan, peran pemandu wisata sangat penting dalam menggiring wisatawan ke pasar tersebut, sehingga Yashow nyaris tidak pernah sepi pengunjung. Menurut Jiaoning, pembeli asal Indonesia memang sangat pintar dalam menawar, sehingga seringkali dirinya "kelabakan" untuk menghadapinya. "Orang-orang Indonesia terutama perempuan sangat pandai menawar. Berbeda dengan orang bule yang rata-rata tidak mau terlalu rendah menawar, karena memang harga di sini sudah murah dibanding di negaranya," tambahnya. Jiaoning berkisah, ia pernah menawarkan satu setel jas kepada orang Indonesia sebesar 1.500 yuan (satu yuan sekitar Rp1.150). Ternyata pembeli asal Indonesia tersebut dengan beraninya menawar menjadi hanya 400 yuan. "Hampir semua pedagang di sini sudah tahu bahwa orang Indonesia pintar menawar," katanya seraya menambahkan seringkali mendapat untung sedikit jika menjual kepada warga Indonesia. Ia mengakui, persaingan sesama para pedagang di pasar tersebut cukup ketat, sehingga meski sedikit keuntungannya langsung diambil. Sulit Parkir Sama halnya dengan kebanyakan psat perbelanjaan di Jakarta, para pengunjung yang ingin berbelanja di Pasar Pakaian Sanlitun Yashow, juga akan kesulitan parkir terutama pada hari-hari libur. Lokasi parkirnya sangat terbatas, hanya ada di depan pasar. Oleh karena itu, para pengunjung yang ingin datang ke lokasi itu, disarankan menggunakan taksi, yang biasa melintas di depan pasar tersebut. "Hampir semua supir taksi sudah mengetahui lokasi pasar itu. Kalaupun ada supir taksi yang tidak bisa berbahasa Inggris cukup dengan membaca tulisan yang kita sodorkan pasti kita akan diantar ke sana," katanya. Biasanya staf KBRI atau orang Indonesia tengah yang hendak ke pusat perbelanjaan itu, cukup berjalan kaki, karena jaraknya yang relatif dekat. Jalan menuju Yashow sangat nyaman, melewati perkantoran yang tertata rapi, cafe, restoran, hingga sejumlah toko yang menjual berbagai macam kebutuhan. Cuaca yang tidak terlalu panas membuat pejalan kaki tidak akan letih tiba di Yashow. Bagi warga asing yang kebetulan hendak berbelanja tapi hanya memiliki uang dalam mata uang dolar AS, di pasar tersebut juga terdapat "pasar gelap" dolar, seperti terdapat di Pasar Baru, Jakarta Tempat penukaran uang tersebut umumnya berkedok menjual pakaian atau barang lainnya dan hanya bisa diketahui dari "mulut ke mulut" saja. "Namanya saja pasar gelap, pasti yang tahu hanya orang-orang tertentu saja. Namun sekarang tampaknya sudah menjadi rahasia umum bahwa di toko itu seringkali terjadi penukaran uang dari dolar AS ke yuan," kata Gandhi. Cukup banyak orang-orang asing yang menukarkan dolarnya di toko itu dan umumnya pasar gelap menawarkan kurs penukaran lebih tinggi di banding bank atau tempat penukaran uang resmi. "Tapi satu hal yang perlu diketahui bahwa rupiah tidak bisa ditukarkan yuan, berapapun jumlahnya," kata Gandhi yang juga diiyakan oleh pedagang gelap mata uang itu. Tidak seperti di Jakarta, untuk menukarkan dolar ke yuan, kata Gandhi, pedagang di sini tidak mempermasalahkan fisik uangnya. "Apakah dolar itu sudah kumal, tahun produksi lama, atau nominalnya berapapun akan dilayani sama." "Pedagang di sini mau menukar nilai dolar berapapun apakah itu hanya satu dolar, lima dolar, 10 dolar, 20 dolar. Berapapun nilainya bersedia ditukar. Terpenting tidak palsu," tambahnya. Jadi jangan ragu, silahkan ke Yashow?(*)

Oleh Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007