Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia yang saat ini sedang berupaya membentuk Badan Pengelolaan Bencana Alam Nasional akan belajar dari pengalaman Rusia ketika menghadapi bencana. "Sebelumnya, kami hanya mengkoordinasikan bantuan dari 12 kementerian dan angkatan bersenjata, dan sekarang kami akan berada langsung di bawah Presiden dengan status kementerian," kata Deputi Kepala Badan Kordinasi Penanggulangan Bencana Nasional (BAKORNAS) Tabrani kepada RIA Novosti. Tabrani mengatakan, Undang-Undang baru akan memberikan waktu setengah tahun bagi Pemerintah untuk membentuk badan yang direncanakan akan merujuk kepada pengalaman-pengalaman Kementerian Gawat Darurat Rusia - yang memiliki sumber daya dan perlengkapan tersendiri bagi upaya pencegahan dan penanggulangan dampak bencana alam. Pada awalnya, bagaimanapun juga, badan ini tidak akan punya cukup uang untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan, dan harus terus menyewa sebagaimana yang dilakukan tahun lalu ketika Kementerian Gawat Darurat Rusia mengirimkan pesawat amfibi Be-200 untuk membantu memadamkan api di dua pulau besar Indonesia - Sumatra dan Kalimantan, jelas Tabrani. Tahun lalu, Indonesia sekali lagi berhasil memecahkan rekor dunia dengan tingkat kematian tertinggi akibat bencana alam - gempa bumi yang melanda pulau Jawa pada bulan Mei lalu telah memakan korban 5.000 jiwa. Sebagai negara keempat dengan populasi terbesar di dunia, Indonesia juga menjadi korban dari gempa bumi dan tsunami terdahsyat sepanjang dekade terakhir - tahun 2004 lalu - yang menyerang pulau Sumatra. Gempa bumi ini telah menghancurkan 12 negara yang menghadap samudra Hindia. Indonesia sendiri tercatat kehilangan sekitar 300.000 jiwa. Gempa bumi dan tsunami menjadi bahaya yang luar biasa bagi negara kepulauan terbesar di dunia ini, yang sangat rentan oleh serangan gelombang seismik. "Masalahnya adalah para ilmuwan masih belum mampu memprediksikan gempa bumi atau memberitahukan dengan tepat apakah gempa tertentu akan menghasilkan tsunami atau tidak," jelas Tabrani. "Setidaknya, sebuah gunung api (satu hal lagi yang paling banyak dimiliki oleh Indonesia di dunia) biasanya memberikan petunjuk jika akan meletus beberapa hari sebelumnya, tapi gempa bumi dan tsunami tidak dapat diprediksikan, dan selalu mengambil korban terbesar," ujar Tabrani. Tim penyelamat Indonesia juga harus berhadapan dengan beberapa masalah spesifik yang belum pernah ditemui tim lain di banyak negara. "Kami juga bertanggung jawab dalam memerangi kekurangan makanan, yang di banyak tempat di Indonesia hal ini menjadi masalah utama," tambah Tabrani. Kenyataan ini benar terjadi pada provinsi Papua yang berlokasi di wilayah paling timur Indonesia melewati tiga zona waktu. "Bayangkan saja sebuah suku kecil tinggal di pegunungan, di wilayah tanpa suplai sekalipun. Membutuhkan waktu seminggu bagi mereka untuk mencapai pasar terdekat dan seminggu lagi untuk kembali. Mereka tidak berkeinginan untuk pindah ke tempat yang lebih baik, dan ketika mereka berada dalam masalah kami harus menggunakan pesawat untuk menyediakan mereka air minum," jelas Tabrani. "Melihat rumitnya kondisi pegunungan Papua, kami memilih untuk memakai helikopter Kamov buatan Rusia, dan kami sangat senang sekali dengan helikopter-helikopter ini," lanjut Tabrani.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007