Beijing (ANTARA News) - Ketua baru Partai Komunis China di Tibet menyerukan kecaman lebih keras terhadap pemimpin kerohanian terasing, Dalai Lama, kata media nasional pada Kamis, menandakan garis keras Beijing diperkirakan tidak akan berubah di bawah kepemimpinannya.

China, Minggu, menunjuk Wu Yingjie sebagai perwakilan Partai Komunis China di Tibet, yang akan menjadi pejabat tinggi di wilayah itu, yang dipandang sebagai salah satu kedudukan paling rawan secara politik karena kekacauan benci China di wilayah Buddha Himalaya itu.

Tibet dulu adalah wilayah suatu bangsa tersendiri dengan kekaisaran yang berdaulat sejak 108 SM. Pada abad ke-7 Masehi, Kaisar Tibet saat itu, Namri Lontsan, mengirim seorang duta besarnya untuk bertugas di China mewakili kepentingan Tibet di negara itu. 

Tibet kemudian pernah diduduki Mongolia, Dinasti Qing dari China, hingga ekspedisi Inggris masuk ke negeri tertinggi di dunia itu. Tibet secara de facto meraih kemerdekaannya pada 1912-1951. Sejak sebelum 1912 itulah Dalai Lama menjadi pemimpin puncak Tibet. 

Hingga kemudian Pasukan Komunis bergerak memasuki dan menduduki Tibet pada 1950 dalam yang Beijing sebut "pembebasan damai". Pemuka agama Tibet, Dalai Lama, melarikan diri ke India pada 1959 menyusul kegagalan pemberontakan terhadap China.

Dalam kutipan pidato, yang diterbitkan, Kamis, oleh Harian Tibet, Wu mengatakan, pemerintah harus memperdalam pengungkapan dan kecaman terhadap Dalai Lama.

Perwakilan penerima Hadiah Nobel Perdamaian mengadakan sejumlah pertemuan dengan China hingga 2010, namun pertemuan resmi terhenti di tengah perubahan di Beijing dan pemberontakan di Tibet.

Beijing menuduh Dalai Lama adalah pemberontak berbahaya, yang menginginkan kemerdekaan bagi Tibet. Dia menyangkal penggunaan kekerasan dan mengatakan hanya menginginkan otonomi untuk wilayah Himalaya itu.

Wu menambahkan, kebebasan beragama harus diikuti, namun harus ada pengarahan positif terhadap Buddhisme Tibet dan sosialisme yang beradaptasi satu sama lain untuk membawa keserasian beragama.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016