Jakarta (ANTTARA News) - Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Budi Djatmiko mengatakan sebanyak 95 persen kebutuhan industri adalah tenaga vokasi atau kejuruan.

"Sebanyak 95 persen kebutuhan industri adalah tenaga vokasi. Tapi sayangnya, jumlah perguruan tinggi yang memproduksi tenaga vokasi sangat sedikit," ujar Budi usai wisuda LP3I di Jakarta, belum alam ini.

Jumlah perguruan tinggi yang memproduksi tenaga vokasi hanya lima persen dari sekitar 4.000an perguruan tinggi di Indonesia.

"Masyarakat masih memandang sebelah mata pendidikan vokasi baik itu diploma tiga maupun diploma empat," kata dia.

Perguruan tinggi pun lebih memilih menghasilkan sumber daya manusia yang nantinya menjadi peneliti dan dosen, bukan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri.

"Padahal di negara maju saja, 95 persen perguruan tinggi memproduksi tenaga pendidikan. Jadi tidak salah, jika lulusan sarjana tapi tidak memiliki keahlian karena memang di bangku perkuliahan dididik untuk menjadi pemikir bukan tenaga kerja."

Pola pendidikan yang baik, lanjut dia, harus ada kesinambungan antara industri dan perguruan tinggi, sehingga perguruan tinggi tidak mencetak pengangguran.

"Saya yakin ke depan, pendidikan vokasi akan menjadi pusat pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah yang membuka pintu selebar-lebarnya untuk pendidikan vokasi," cetus dia.

Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia (LP3I), Isral Nurdin, mengatakan pihaknya sebagai perguruan tinggi berbasis vokasi pihaknya ingin meluluskan tenaga kerja terampil.

"Bukan tenaga kerja yang nantinya malah menganggur. Sebanyak 82 persen lulusan kami sudah bekerja sebelum lulus, sisanya menunggu tapi tidak terlalu lama," kata Nurdin.

(I025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016