Valencia, Spanyol (ANTARA News) - Pemain tengah asal Ghana, Michael Essien, mencetak gol pada menit akhir untuk membuat Chelsea unggul 2-1 atas Valencia pada pertandingan kedua perempatfinal Liga Champions yang berlangsung Selasa malam waktu setempat (Rabu dinihari WIB). Kemenangan itu merupakan yang pertama dalam 40 tahun dan Valencia kalah di kandang sendiri atas klub Inggris, dan kemenangan agregat 3-2 Chelsea membawa tim itu ke semifinal untuk ketiga kalinya dalam empat tahun. Dengan kemungkinan akan melawan Liverpool setelah menang 3-0 di PSV Eindhoven minggu lalu, Chelsea akan melakukan pertandingan ulang seperti yang mereka hadapi pada semifinal kompetisi antarklub Eropa dua tahun lalu. Dengan permainan gaya lama tipe sepak bola klasik pada kedua babak permainan, Valencia tampil lebih bagus pada 45 menit awal dan memimpin 1-0 lewat gol yang dilahirkan Fernando Morientes pada menit ke-32. Chelsea seperti bangkit permainannya pada babak kedua dengan mengeluarkan semua senjata pamungkas mereka sampai akhirnya Andrey Shevchenko menyamakan kedudukan pada menit ke-51, tetapi pertandingan tampaknya akan diperpanjang waktunya, sampai akhirnya Essien menorehkan catatan sejarah beberapa detik sebelum pluit panjang berbunyi, demikian AFP melaporkan. Namun tragedi menimpa Essien, pahlawan malam itu yang namanya dielu-elukan sekitar 3.000 pendukung di Stadion Mastella, Valencia, karena ia akan absen pada pertandingan leg pertama semifinal di Stamford Bridge dua minggi ke depan. Ia mendapat kartu hukuman karena berbenturan keras dengan Morientes ketika pertandingan baru berjalan tiga menit. Morientes melewati rintangan berat, pertama karena ketatnya barisan bertahan Chelsea dan kedua karena ia merasakan nyeri di bahu saat bermain untuk Spanyol dua minggu lalu. Ia hanya dapat tampil Minggu setelah dokter klub Valencia, Antonio Giner menyatakan ia dapat turun lapangan dengan menggunakan pembalut khusus pada rasa nyerinya. Namun mantan pemain Liverpool dan pemain dalam tim yang tiga kali juara Liga Champion saat ia bergabung dengan Real Madrid itu, sekali lagi membuktikan bahwa ia tetap dapat diperhitungkan di tingkat Eropa. Setelah permainan berjalan 30 menit, David Villa keluar dari lini tengah dan menunjukan mengapa ia diperhitungkan dalam laga liga, setelah dengan sigap mengolah bola dari Ricardo Carvalho sebelum mengirimkannya kepada Morientes. Morientes kurang beruntung, karena tendangan kaki kirinya hanya beberapa meter dari ruang penalti, melebar ke kanan gawang Chelsea yang dijaga Petr Cech. Dua menit kemudian ia memperbaiki kesalahannya itu, dengan membungkam penjaga gawang lewat tendangan keras hasil umpan dari rekannya Joaquin Sanchez. Tidak diam Chelsea tidak tinggal diam, serangan dibangun dan Didier Drogba melesat melewati barisan bertahan lawan dan memperagakan tembakan indah enam menit menjelang turun minum, tetapi penjaga gawang Santiago Canizares dengan cekatan menyambar bola. Masuknya Joe Cole pada paruh waktu kedua, menggantikan pemain bertahan dari Prancis, Lassana Diarra, mungkin membuat Chelsea mengubah formasi tim mereka dari 4-4-2 menjadi 4-3-3. Cole membuat celah pada sayap kanan dan Chlesea tidak lama kemudian menuai hasilnya. Shevchenko menyamakan kedudukan tujuh menit setelah istirahat setelah merebut bola liar hasil tendangan Drogba dan tembakan dari jarak dekat itu membentur jala gawang lawan. Michael Ballack nyaris membuahkan angka kemenangan enam menit sebelum pertandingan selesai, tetapi tendangan spektakuler itu dapat dijinakkan Canizares dengan cara menjentik bola sehingga melayang tipis di atas mistar gawang. Canizares menjadi pemain handal yang mencengangkan malam itu karena mampu mengamankan daerah kawalannya, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa ketika Essien menimpanya dari arah pojok beberapa detik sebelum pertandingan usai, setelah Shevchenko menjalarkan bola ke kakinya. Hasil pertandingan itu secara tidak langsung juga mempertipis spekulasi akan kelanjutan karir Mourinho di Chelsea, karena disebut-sebut kiprahnya sebagai pelatih dalam tim itu akan diputuskan dalam beberapa minggu ini. Mourinho dan beberapa temannya menampik berita yang menyatakan ia akan meneruskan kiprah pelatihnya di Valencia, tetapi diberitakan ada jarak antara dia dengan milyarder Chelsea, Ramon Abramovich dari Rusia, sehingga rumor menyebutkan ia akan meninggalkan Stamford Bridge musim panas mendatang. Tetapi Abramovich tidak menyimpan rahasia, karena ia pernah mengatakan kemenangan dalam kompetisi Liga Champions merupakan tujuannya dan bila Mourinho meraih gelar untuk kedua kalinya dalam empat tahun ini, Abramovich akan bangga dan akan mempertahankannya. (*)

Copyright © ANTARA 2007